Penulis: Muhammad Luthfi Hamdani
Meningkatnya penggunaan teknologi dalam segala bentuk dalam operasi bisnis pada dasarnya disertai dengan kebutuhan bagi bisnis untuk memastikan teknologi dan informasi yang dikumpulkan digunakan secara etis. Selain itu, perusahaan harus memastikan bahwa teknologi tersebut diamankan semaksimal mungkin, terutama karena banyak bisnis menyimpan informasi pelanggan dan mengumpulkan data yang dapat digunakan oleh pihak-pihak yang mempunyai niat jahat.
Di era digital seperti saat ini, kita mengenal pula konsep etika digital. Menurut Andrea Gorbatai (vlerick.com, 2022) etika digital adalah cabang etika mengenai seperangkat aturan dan pedoman moral yang mengatur perilaku antarpribadi antara individu dan/atau perusahaan yang dimediasi oleh teknologi komputer, baik di dalam perusahaan atau lebih luas lagi, di pasar dan masyarakat.
Selain hal-hal yang diperbolehkan dari sudut pandang hukum dan hal-hal yang sesuai dengan peraturan privasi, etika digital mempertanyakan apakah tindakan tertentu merupakan hal yang benar untuk dilakukan. Hal ini mencakup tindakan seperti mengumpulkan, menghubungkan, atau menjual kumpulan data tertentu, memperlakukan berbagai kelompok individu secara berbeda karena kerentanan terkait dengan karakteristik sosio-demografis atau faktor lainnya, atau mengarahkan orang untuk terlibat dalam perilaku adiktif atau tidak bijaksana di lingkungan digital melalui teknologi, serta berbagai macam dorongan untuk mengeksploitasi kelemahan dan bias manusia.
Sementara itu, (Kusumastuti et al., 2021) menjelaskan konsep umum digital ethics sebagai panduan berperilaku terbaik di ruang digital membawa individu untuk bisa menjadi bagian masyarakat digital, berada di domain ‘kolektif, informal’.
Tabel. Indikator dan sub-indikator etika digital.
No | Indikator | Sub-Indikator |
1 | Etika Berinternet (Netiquette) | Mengetahui pentingnya menerapkan etika dalam berinternet |
Mengetahui ragam standar komunitas yang ada di setiap platform media sosial | ||
Memahami apa yang sebaiknya diunggah dan tidak ketika menggunakan media sosial dan perangkat digital lainnya | ||
2 | Pengetahuan dasar berinteraksi, partisipasi, dan kolaborasi di ruang digital yang sesuai dengan kaidah etika digital dan peraturan yang berlaku | Mengetahui jenis informasi yang mengandung hoaks, ujaran kebencian, pornografi, perundungan, dan konten negatif lainnya |
Memahami dampak ketika menjadi pembuat atau penyebar informasi yang mengandung hoaks, ujaran kebencian, pornografi, perundungan, dan konten negatif lainnya | ||
3 | Pengetahuan dasar berinteraksi, partisipasi, dan kolaborasi di ruang digital yang sesuai dengan kaidah etika digital dan peraturan yang berlaku | Mengetahui cara berinteraksi, partisipasi, dan kolaborasi di ruang digital sesuai kaidah etika dan peraturan yang berlaku |
Memahami ragam peraturan yang berlaku ketika berinteraksi, partisipasi, dan kolaborasi di ruang digital | ||
4 | Pengetahuan dasar berinteraksi dan bertransaksi secara elektronik di ruang digital sesuai dengan peraturan yang berlaku | Mengetahui jenis-jenis interaksi dan transaksi elektronik di ruang digital sesuai dengan peraturan yang berlaku |
Memahami bagaimana cara berinteraksi dan bertransaksi elektronik secara aman di ruang digital |
Sumber: (Kusumastuti et al., 2021)
Berikut ini adalah beberapa isu utama terkait etika bisnis di era digital dan bagaimana bisnis dapat mengatasi tantangan tersebut:
1. Privasi Data dan Keamanan Siber
Privasi data dan keamanan siber adalah dua masalah etika paling signifikan di era digital. Dengan meningkatnya jumlah data pribadi yang dikumpulkan oleh dunia usaha, terdapat kekhawatiran yang semakin besar mengenai penggunaan data ini secara etis. Perusahaan harus memastikan bahwa mereka transparan mengenai praktik pengumpulan data mereka dan mendapatkan persetujuan dari pengguna sebelum mengumpulkan dan menggunakan data mereka. Mereka juga harus mengambil tindakan yang tepat untuk melindungi data ini dari ancaman dunia maya dan memastikan bahwa data tersebut tidak disalahgunakan atau ditangani secara salah.
Pelanggaran data dapat berdampak signifikan terhadap reputasi perusahaan dan hubungannya dengan pelanggannya. Dunia usaha perlu menerapkan langkah-langkah keamanan siber yang kuat untuk melindungi data mereka dan data pelanggan mereka. Kebijakan dan prosedur keamanan siber harus ditinjau dan diperbarui secara berkala untuk memastikan efektivitasnya dalam mencegah serangan siber.
2. Etika Media Sosial
Media sosial telah menjadi bagian integral dari kehidupan kita, dan semakin banyak bisnis yang menggunakannya sebagai alat untuk berinteraksi dengan pelanggan dan mempromosikan produk dan layanan mereka. Namun, terdapat masalah etika terkait penggunaan media sosial oleh bisnis. Salah satu isu kuncinya adalah penyebaran informasi palsu atau misinformasi. Dunia usaha harus memastikan bahwa mereka tidak menyebarkan informasi palsu atau terlibat dalam praktik periklanan yang menipu. Mereka juga harus transparan mengenai penggunaan media sosial dan mengungkapkan afiliasi atau sponsor apa pun yang dapat memengaruhi aktivitas media sosial mereka.
Masalah etika lain terkait media sosial adalah perlindungan privasi pengguna. Dunia usaha harus menghormati privasi pengguna media sosial dan tidak menggunakan informasi pribadi mereka untuk keuntungan komersial tanpa izin jelas dari mereka.
3. Etika Pemasaran Digital
Pemasaran digital telah menjadi alat penting bagi bisnis untuk menjangkau dan terlibat dengan audiens target mereka. Namun, ada kekhawatiran etika terkait dengan praktik pemasaran digital. Salah satu isu utama adalah penggunaan iklan bertarget. Dunia usaha harus memastikan bahwa mereka tidak menggunakan praktik diskriminatif atau terlibat dalam praktik yang mengeksploitasi kelompok rentan. Mereka juga harus memastikan bahwa mereka tidak terlibat dalam praktik periklanan yang salah atau menipu.
Masalah etika lain terkait pemasaran digital adalah perlindungan privasi pengguna. Bisnis harus memastikan bahwa mereka memperoleh persetujuan pengguna sebelum menggunakan informasi pribadi mereka untuk tujuan pemasaran. Mereka juga harus memastikan bahwa mereka memberikan opsi kepada pengguna untuk tidak menerima komunikasi pemasaran.
4. Otomatisasi dan Ketenagakerjaan
Otomatisasi berpotensi mengubah tempat kerja, meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Namun, terdapat kekhawatiran etika terkait dengan dampak otomatisasi terhadap ketenagakerjaan. Seiring dengan semakin banyaknya dunia usaha yang mengadopsi otomatisasi, terdapat risiko bahwa lapangan kerja akan tergantikan, sehingga menyebabkan pengangguran dan dislokasi sosial. Bisnis harus mempertimbangkan implikasi etis dari otomatisasi dan memastikan bahwa mereka menerapkan strategi yang meningkatkan kesejahteraan karyawannya.
Dunia usaha juga harus memastikan bahwa mereka memberikan pelatihan dan dukungan yang memadai bagi karyawan untuk beradaptasi terhadap perubahan yang disebabkan oleh otomatisasi. Mereka juga harus mempertimbangkan dampak sosial dari otomatisasi dan bekerja sama dengan pemangku kepentingan untuk mengatasi tantangan yang terkait dengan perpindahan pekerja. (LinkedIn/Somya, 2023)