Teknologi ramah lingkungan muncul karena metode pengelolaan limbah yang bersifat akhir (end of pipe) tidak efektif dalam menyelesaikan masalah dan malah meningkatkan pengeluaran untuk perusahaan. Kenapa bisa meningkatkan pengeluaran? Dalam metode end of pipe, limbah sudah ada. Agar limbah tersebut tidak membahayakan lingkungan, perusahaan perlu mengolahnya, yang berarti ada tambahan biaya dan berkurangnya keuntungan.
Teknologi ramah lingkungan digunakan untuk meningkatkan kinerja lingkungan dengan cara mengurangi limbah sejak sumbernya, yang dikenal sebagai pendekatan in-pipe. Ini berarti bahwa sebisa mungkin perusahaan harus menghindari produksi limbah, sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pengolahan limbah. Teknologi ramah lingkungan termasuk dalam upaya untuk memperbaiki proses produksi sekaligus mereduksi dampak negatif terhadap lingkungan.
Perbedaan dengan produktivitas hijau adalah bahwa, meskipun keduanya berfokus pada perbaikan proses produksi, produktivitas hijau lebih mengutamakan cara mencapai keunggulan, bukan sekadar meminimalkan dampak buruk terhadap lingkungan seperti yang dilakukan oleh teknologi atau produksi bersih.
Dua kata kunci untuk teknologi dan produksi bersih adalah preventif dan terintegrasi. Preventif berarti kita mencegah terjadinya limbah mulai dari sumber limbah berasal. Dengan cara seperti ini, kita tidak perlu lagi mengolah limbah karena kita tidak lagi menghasilkan limbah. Preventif juga berarti bahwa kita mencegah limbah dengan cara mendesain produk dan proses produksi yang lebih ramah lingkungan untuk seluruh siklus hidup produk melalui green design and life cycle manufacturing.
Baca juga: Kuliah bisnis digital terbaik di Solo Raya
Terintegrasi dalam teknologi dan produksi bersih berarti perbaikan dalam aktivitas perusahaan atau organisasi diintegrasikan dengan sistem alam. Aktivitas perusahaan atau organisasi dilihat dampaknya pada air, udara, tanah dan kesehatan masyarakat.
Orang sering mencampuradukkan antara teknologi bersih dan produksi bersih. Namun teknologi bersih berbeda dengan produksi bersih. Teknologi bersih lebih mengarah pada teknologinya saja dan merupakan bagian dari produksi bersih. Artinya konsep produksi bersih lebih luas dari sekadar teknologi bersih. Salah satu cara menerapkan produksi bersih adalah dengan menggunakan teknologi bersih. Meskipun demikian, biasanya para engineer menganggap bahwa teknologi cakupannya lebih luas dibandingkan dengan produksi dan bahkan manajemen.
Pengertian
Teknologi ramah lingkungan diartikan sebagai inovasi yang diterapkan untuk mengurangi ketergantungan pada sumber daya yang tidak terbarukan, serta yang dapat mendukung praktik berkelanjutan. Salah satu penggagas konsep teknologi ramah lingkungan adalah Clean Technology Trade Alliance, sebuah asosiasi internasional yang menciptakan teknologi masa depan yang lebih efisien dalam penggunaan energi dan menghasilkan lebih sedikit limbah.
Sementara United Nations for Environmental Programme (UNEP) tahun 1991 mendefinisikan produksi bersih atau cleaner production sebagai penerapan strategi manajemen lingkungan yang bersifat preventif dan terintegrasi pada proses produksi, produk dan jasa dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi risiko pada manusia dan lingkungan.
Produksi bersih merupakan pendekatan untuk memperbaiki proses dan manajemen produksi, serta housekeeping dengan penekanan pada pengurangan limbah dan polusi pada sumbernya. Pendekatan ini diperkenalkan pada tahun 1980-an.
Teknik-Teknik dalam Produksi Bersih
Teknik-teknik produksi bersih bisa berupa praktik berbiaya murah atau bahkan tanpa biaya sama sekali sampai pada investasi yang besar dan canggih pada teknologi bersih. Berdasarkan referensi dari United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) teknik-teknik dalam produksi bersih dapat dibedakan menjadi:
- Good housekeeping atau manajemen rumah tangga yang baik. Termasuk di dalam teknik ini adalah perbaikan terhadap kebocoran atau penyimpangan dalam proses produksi agar sesuai dengan standardized operating procedures (SOP), menempatkan peralatan untuk menghindari tumpahan dan kontaminasi, serta pelatihan karyawan untuk meningkatkan kemampuannya.
- Perbaikan kontrol produksi. Hal ini dapat dilakukan dengan memodifikasi prosedur kerja agar lebih efisien dan menghasilkan lebih sedikit limbah. Perbaikan tata letak atau layout pabrik adalah salah satu aplikasi perbaikan kontrol produksi.
- Perbaikan bahan baku. Produksi bersih dapat dilakukan dengan mengganti bahan baku yang berbahaya bagi lingkungan dan menggantinya dengan yang lebih ramah lingkungan atau yang lebih dapat diperbaharui atau mengganti bahan baku dengan yang lebih awet.
- Modifikasi peralatan yang digunakan. Jika kontrol produksi yang lebih baik terkait dengan perbaikan prosedur kerja, maka pada cara ini efisiensi dan pengurangan limbah dilakukan dengan memperbaiki peralatan yang digunakan. Penggantian teknologi. Penggantian teknologi meliputi penggantian teknologi itu sendiri dan juga perubahan urutan proses produksi. Tujuannya adalah meminimalkan limbah yang dihasilkan selama proses produksi.
- Penggunaan kembali (reuse) limbah. Limbah digunakan kembali untuk proses produksi yang sama atau untuk keperluan lain dalam perusahaan.
- Penggunaan produk samping atau by product. Limbah yang semula tidak dapat berharga, diubah menjadi produk yang dapat digunakan lagi (reuse) atau didaur ulang (recycle) di luar perusahaan.
- Modifikasi produk. Produk dimodifikasi sedemikian rupa agar dampak negatifnya pada lingkungan hidup lebih minimal, baik saat masih digunakan ataupun saat dibuang karena aus atau saat diproduksi. Termasuk di dalamnya adalah perbaikan komposisi produk, perbaikan kemasan atau pengemasan, memperpanjang umur ekonomis produk, dan mendesain ulang agar produk dapat didaur ulang.
Program Studi Teknik Lingkungan di Institut Teknologi Bandung mengaplikasikan konsep teknologi bersih dalam mata kuliah Rekayasa Lingkungan mengintegrasikan teknologi bersih ke dalam kerangka kerja 6R. Berikut adalah program 6R yang dimaksud beserta contoh-contoh yang telah disesuaikan, yaitu:
- Refine atau menghilangkan kontaminan baik pada bahan baku maupun bahan pembantu. Penggantian CFC dengan bahan baku pendingin, seperti hidrokarbon yang lebih ramah lingkungan adalah salah satu aplikasinya.
- Reduce yaitu mengurangi penggunaan bahan baku. Pengurangan bahan baku juga akan mengurangi limbah. Sebagai contoh, kloset dengan tombol yang berbeda antara penggunaan untuk buang air kecil dan buang air besar akan mengurangi penggunaan air saat buang air kecil dibandingkan dengan kloset yang tidak membedakan keduanya. Hal ini juga berarti akan mengurangi limbah cair dari buang air kecil.
- Reuse atau penggunaan kembali bahan baku atau pembantu untuk proses serupa. Sebagai contoh, gelas plastik berwarna yang sudah tidak terpakai dapat digunakan lagi untuk membuat gelas plastik serupa.
- Recycle. Perbedaannya dengan reuse adalah jika pada recycle penggunaan dilakukan untuk proses yang berbeda. Banyak produk plastik yang di-recycle dari botol plastik sampai menjadi kantong plastik adalah salah satu contohnya.
- Recovery. Pada beberapa industri seperti industri alat berat dan industri televisi di beberapa negara maju yang menerapkan penjualan dengan menggunakan sistem trade-in adalah contoh untuk recovery atau sering kali disebut juga sebagai rekondisi. Untuk beberapa kasus pada pusat penjualan barang bekas, di mana salah satu komponen barang, seperti kipas angin, yang digunakan untuk mengganti komponen kipas angin yang lain agar yang terakhir dapat berfungsi, juga merupakan contoh yang baik dari program ini.
- Retrieve to energy yaitu mengubah material sisa proses produksi untuk menghasilkan energi. Proses insinerasi sampah di tempat pembuangan akhir sampah merupakan contoh untuk program 6R yang terakhir.
Contoh-Contoh Penerapan Produksi Bersih
Good Housekeeping
Dalam studi kasus mengenai penerapan teknologi (secara khusus produksi) bersih di industri tepung tapioka di Thailand, praktik pengelolaan yang baik terlihat melalui pemasangan alat pengukur air dan pencatatan penggunaan air untuk setiap ton produk yang dihasilkan. Selain itu, dilakukan pemeriksaan serta perbaikan pada pipa air yang mengalami kebocoran, menyapu tepung yang tercecer di lantai setiap pagi untuk mengurangi volume limbah yang dibuang ke saluran air, serta membersihkan sisa-sisa tepung di mesin setelah proses produksi harian (tepung tersebut masih dapat dipasarkan sebagai tepung kelas dua).
Perbaikan Bahan Baku
Seperti pada contoh refine di atas. Hidrokarbon dapat digunakan untuk menggantikan CFC untuk pendingin. CFC dapat merusak lapisan ozon, sementara hidrokarbon terbukti lebih ramah lingkungan.
Perbaikan Kontrol Produksi
Salah satu aplikasi perbaikan kontrol produksi adalah penataan ulang (re-layout) pabrik dengan cara mengeliminir pergerakan yang tidak perlu. Misalnya tata letak yang tidak baik mengakibatkan banyak limbah cair menetes dari satu proses ke proses berikutnya. Dengan mendekatkan proses pencelupan bahan ke larutan asam dengan pembilasan, maka ceceran baik larutan asam dan air dapat dikurangi.
Modifikasi Peralatan
Misalnya modifikasi peralatan penyemprot menggunakan sprayer gun akan menghemat penggunaan air dibandingkan dengan tanpa sprayer gun, adalah contoh bagaimana modifikasi peralatan dapat mengurangi air yang digunakan dan juga otomatis akan mengurangi limbah cair.
Penggantian Teknologi
Implementasi teknologi yang mudah digunakan dalam sektor batik, contohnya adalah perubahan dari kompor yang menggunakan bahan bakar fosil seperti minyak tanah dan solar ke kompor berbahan bakar gas. Dilihat dari emisi yang dihasilkan, kompor gas memiliki dampak yang lebih baik bagi lingkungan dibandingkan dengan kompor minyak tanah.
Di beberapa pabrik gula kelapa, tungku yang biasanya memanfaatkan kayu bakar telah dialihkan ke penggunaan limbah sekam yang berasal dari penggergajian kayu. Dengan mengandalkan limbah sekam, jumlah penebangan pohon untuk kebutuhan kayu bakar dapat berkurang.
Penggunaan Kembali Limbah
Contoh Kasus: Tri Bakti Sarimas Membangun Perkebunan Tanpa Limbah. PT Tri Bakti Sarimas berlokasi di Bukit Payung, Desa Pantai, Kecamatan Kuantan Mudik, Kabupaten Kuantan Singingi, Riau. Perusahaan ini mengelola area seluas 23.000 hektar dan fokus pada tiga jenis tanaman perkebunan, yaitu kelapa sawit, cokelat, dan kelapa. Salah satu hal yang menonjol dari perusahaan ini adalah cara mereka mengolah limbah.
Limbah dari perkebunan kelapa sawit, seperti janjang dan tandan kosong, dimanfaatkan menjadi pakan ternak. Sementara itu, kotoran dari limbah tersebut digunakan untuk membuat pupuk kompos. Perusahaan ini juga menerapkan sistem pertanian terpadu dengan peternakan sapi, di mana sapi diberi pakan konsentrat yang berasal dari sisa minyak sawit dan kulit kakao. Di sisi lain, kotoran dan urine sapi diolah sebagai bahan tambahan untuk pupuk kompos.
Keuntungan dari penerapan metode ini adalah pengurangan biaya karena pengeluaran untuk pupuk kimia menurun secara signifikan berkat penggunaan kompos. Selain itu, kualitas tanah meningkat, yang sangat penting untuk lingkungan dan memiliki standar baik.
Penggunaan Produk Samping
Sampah plastik yang semula menjadi ancaman terhadap lingkungan, menjadi kerajinan yang diminati. Kelompok Usaha Alam Pesona Lestari (APL) Jombang, kini mampu memproduksi ribuan tas hingga dompet dari limbah plastik minuman sachet. Pengerjaannya pun tak terlalu rumit. Setelah dicuci bersih, kemasan sachet digunting dan dilipat kemudian dijahit satu per satu. “Ini kreativitas menggunting atau melipat tanpa perlu keahlian khusus. Dengan mengombinasikan warna sachet menjadi barang yang layak pakai,” ujar Ketua Kelompok Usaha APL Jombang, Sri Ismiyati di sela-sela peresmian Galeri Daur Utang Limbah Kemasan Marimas, baru-baru ini.
Modifikasi Produk
Kemasan yang bersahabat dengan lingkungan, yang sering disebut sebagai kemasan berkelanjutan untuk produk makanan dan minuman, kini telah muncul di Indonesia. Hal ini sejalan dengan meningkatnya perhatian terhadap isu pemanasan global serta masalah lain terkait pencemaran lingkungan yang telah menjadi tantangan tersendiri dalam beberapa tahun terakhir. Sampah plastik menjadi salah satu masalah utama yang tidak hanya dihadapi Indonesia, tetapi juga seluruh dunia. Berdasarkan penelitian oleh Kementerian Lingkungan Hidup Indonesia, jumlah sampah plastik yang dibuang telah mencapai angka yang luar biasa, yakni 27 ribu ton setiap harinya.
Saat ini, adopsi kemasan ramah lingkungan untuk produk makanan dan minuman juga menjadi tren global. Konsep penggunaan kemasan yang ekologis ini sudah lebih dulu berkembang di negara-negara asing. Para pelaku industri di Indonesia kini juga melihat ini sebagai sebuah peluang untuk mengeksplorasi dan mengikuti tren tersebut agar tetap kompetitif dalam pasar global. Di samping itu, penerapan kemasan ramah lingkungan sudah seharusnya menjadi kebutuhan yang diikuti oleh setiap pelaku industri di tanah air, mengingat bahwa saat ini semua orang tengah memperbincangkan bahaya yang ditimbulkan oleh limbah, khususnya limbah plastik.
Plastik yang tidak ramah lingkungan yang umum digunakan selama ini adalah jenis plastik non-biodegradable (plastik yang secara biologis tidak dapat terurai). Namun sekarang pengembangan kemasan ramah lingkungan tertuju pada plastik biodegradable yang telah diadaptasi kegunaannya di kalangan brodusen plastik untuk makanan dan minuman, karena memberikan alternatif serta solusi untuk permasalahan limbah di lingkungan dan juga pemanasan global yang terjadi sekarang ini.
Kemasan ramah lingkungan atau plastik biodegradable adalah sebuah teknologi yang canggih dalam perkembangan industri plastik di dunia. Plastik biodegradable dapat dibuat dari polimer alami atau biasa disebut dengan Polylactic Acid (PLA). Polylactic Acid (PLA) diproduksi melalui proses fermentasi gula oleh Lactobacillus menjadi factic acid yang selanjutnya dipolimerisasi dengan bantuan panas dan katalis logam menjadi PLA. Polylactic Acid itu sendiri memiliki sifat tahan panas dan kuat, serta merupakan polimer yang elastis. Contoh merek global yang kini sudah mulai mengembangkan penggunaan kemasan ramah lingkungan adalah Coca-Cola.
Sebelum tahun 2000-an, produk Coca-Cola yang dipasarkan di Indonesia tersedia dalam kemasan botol kaca. Periode ini berlangsung cukup lama. Selain melalui iklan, Coca-Cola juga berusaha menarik minat konsumen dengan melakukan perubahan pada desain kemasan agar lebih ramah lingkungan, meskipun pada akhirnya harga harus naik karena proses pembuatan kemasan plastik yang ramah lingkungan memerlukan biaya yang cukup tinggi.
Perusahaan minuman ringan terbesar di dunia yang berbasis di Atlanta, Amerika Serikat, kini telah mengikuti tren kemasan berkelanjutan dan menggunakan plastik botol yang dikenal sebagai PlantBottle. Menurut Copenhagen Climate Summit, botol Coca-Cola terbaru memiliki jejak karbon yang 12 -194 kali lebih rendah dibandingkan botol plastik sebelumnya. PlantBottle dari Coca-Cola menggunakan bahan-bahan yang berasal dari tanaman alami seperti jagung, gula, bit, gandum, ubi jalar, dan beras, serta memastikan bahwa 100 persen botol tersebut dapat didaur ulang.