Penulis: Muhammad Luthfi Hamdani
Kewirausahaan diketahui menjadi salah satu solusi yang paling ampuh guna mengatasi masalah kesejahteraan nasional, menyerap lebih banyak tenaga kerja yang berarti mengurangi jumlah pengangguran dan guna meningkatkan standar hidup masyarakat.
Berdasarkan pemahaman di atas, kita bisa memahami bahwa semua negara di seluruh dunia memerlukan kehadiran sebanyak mungkin wirausahawan untuk memperbaiki kondisi sosial-ekonomi mereka.
Berdasarkan data dari Kemenkop dan UKM, jumlah wirausaha Indonesia meskipun sudah ada peningkatan, namun baru mencapai 3,5 persen dari jumlah penduduk. Rasio ini masih lebih rendah dibandingkan dengan negara lain seperti Malaysia 5 persen, China 10 persen, Singapura 7 persen, Jepang 11 persen maupun AS yang 12 persen. Sedangkan data dari BPS tahun 2020 menunjukkan bahwa Indonesia masih menmiliki sekitar 7 juta penangguran.
Mengutip dari Zimmerer (1996), dijelaskan bahwa hakikat kewirausahaan adalah kreativitas yaitu kemampuan mengembangkan ide-ide dan menemukan cara-cara baru dalam memecahkan persoalan dan menghadapi peluang (creativity is the ability to enhance or to enrich people’s live).
Memulai aktifitas berwirausaha tentu bukan proses yang mudah dan sederhana. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kesediaan seseorang untuk menjadi wirausahawan. Mulai dari ide, seperangkat mentalitas dan karkater hingga kompetensi teknis guna menjalankan bisnis.
Dari segi karakter, mengutip dari Barringer dan Ireland (2016) dalam buku “Entrepreneurship; Successfully Launching New Ventures”, setidaknya ada empat karakter dari seorang wirausahawan sukses, yaitu: Memiliki passion untuk menjalankan bisnis, berfokus pada pelanggan atau produk, keserdasan dalam mengeksekusi dan kesiapan untuk pantang menyerah menghadapi kegagalan.
Karakter-karakter tersebut, sejauh pengamatan penulis bisa saja tumbuh dari eksposur masing-masing individu dari orang-orang di sekitarnya yang melakukan usaha, menjadi wirausaha. Bisa juga diupayakan dengan beragam proses edukasi baik dari pemerintah maupun pihak swasta.
Karakter dan motivasi berwirausaha ini juga bisa lebih cepat muncul apabila seorang individu memahami insentif ataupun keunggulan yang akan mereka peroleh apabila menjadi wirausahawan. Misalnya berupa terpenuhinya kebutuhan ekonomi mereka, peningkatan kesejahteraan, kebebasan beraktifitas dan berkreasi tanpa tekanan dari atasan hingga memperoleh status sosial khusus di tengah masyarakat tempat mereka tinggal.
Setelah memahami beragam insentif dan memiliki karakter yang sesuai, proses kewirausahaan dilanjutkan dengan berbagai proses teknis. Hal ini tentu guna memastikan bahwa pilihan usaha yang akan dijalankan tidak asal-asalan dan investasi berupa modal yang disalurkan tidak terbuang dengan sia-sia.
Masih mengutip dari buku Barringer dan Ireland (2016), model dasar dari proses kewirausahaan berisi tahapan-tahapan berikut: menyadari peluang dan meunculkan ide, melakukan studi kelayakan, membangun model bisnis yang efektif, menganalisa kompetitor dan kondisi industri, menyusun rencana bisnis, mencari modal usaha, dan membangun tim. Apabila proses-proses tersebut sudah dilewati, maka selanjutnya adalah melakukan manjerial pada usaha (pemasaran, strategi, keuangan) agar terus berkembang.
Memulai dari Masalah
Banyak dari kita yang gagal di awal untuk memulai usaha sebab tidak mampu mengidentifikasi dan menangkap peluang. Kita bertanya-tanya apa peluang usaha yang bisa digarap? Ide-ide kita terbatas. Seringkali akhirnya sekadar ikut tren, bergabung dengan bisnis yang kita diiming-imingi keuntungan sangat besar atau dalam banyak kasus kita tidak pernah memulai usaha sama sekali.
Kemampuan mengidentifikasi peluang usaha ini krusial. Sebab tanpa mampu menangkap peluang, kita sama sekali tidak akan memulai usaha, atau memulai usaha yang kurang layak dikerjakan secara keberlanjutan dan keuntungan. Dalam bukunya, Barringer dan Ireland (2016; 44) menuliskan ada tiga pendekatan yang bisa dilakukan guna menangkap peluang bisnis, yaitu: melakukan observasi pada tren (ekonomi, teknologi, sosial, politik dan perubahan regulasi), menemukan lalu menyelesaikan masalah, dan menemukan celah (gap) pasar.
Mari mengulas pendekatan “menemukan dan menyelesaikan masalah”. Masalah (problem) bisa dikenali atau diidentifikasi dengan mengamati tantangan yang dihadapi masyarakat dalam kehidupan sehari-hari mereka. Tantangan yang notabene masalah ini harus dibuat menjadi lebih sederhana, atau dalam kata lain ditemukan solusinya.
Menemukan masalah dan solusinya saja tentu tidak cukup. Ketika ingin menjadikan masalah sebagai permulaan ide usaha, kita harus memastikan bahwa masalah tersebut dialami oleh banyak orang, bukan hanya satu atau dua.
Menemukan solusi masalah ini juga yang menjadi alasan usaha rintisan seperti Gojek, Tokopedia, Ruang Guru dan sebagainya bisa sebesar saat ini. Beberapa usaha rintisan terbaru misalnya bernama MediKatalog. Start-up yang dikembangkan Azhar Rafiq bersama timnya ini berangkat dari keresahan terkait masalah kelangkaan APD yang menyebabkan banyak tenaga medis bertaruh nyawa selama pandemi.
Berangkat dari masalah tersebut, MediKatalog membangun platform bisnis jual beli dan inventori stok otomatis APD rumah sakit. Dengan dikembangkannya platform tersebut, diharapkan dapat membantu kestabilan stok APD dari mulai produksi hingga digunakan oleh oleh tenaga medis. Ide bisnis yang dikembangkan dari masalah APD ini mengantar MediKatalog menjadi juara dalam Startup Weekend Covid-19 Online 2020. (Bisnis.com)
Misalnya juga rintisan usaha bernama SafetyWeb telah membuat layanan berbasis Web yang membantu orang tua melindungi reputasi, privasi, dan keamanan online anak-anak mereka. Ide usaha ini berangkat dari masalah berupa tren sosial berupa semakin banyaknya aktivitas online oleh anak-anak mengakibatkan kebutuhan akan layanan ini. (Barringer dan Ireland, 2016)
Ada begitu banyak masalah yang masih “bergentayangan” di sekitar kita. Mulai pendidikan, pangan, layanan jasa, hingga properti. Beragam masalah ini butuh penyelesaian dan apabila insting wirausaha kita baik, maka selain memberikan solusi, masalah-masalah tersebut bisa jadi ide bisnis yang brilian. Tentu setelah menemukan ide dari masalah, proses kewirausahaan selanjutnya masih panjang. Memerlukan keahlian teknis, tim yang kuat, akses modal, motivasi tinggi dan berani mengambil resiko.
Comments 1