Kita mungkin sangat akrab dengan istilah branding atau beberapa orang di media sosial mulai ramai mengenalkan istilah popular personal branding.
Lalu secara sederhana, bagaimana konsep branding tersebut?
Untuk memulainya, kita harus memahami konsep tentang produk lebih dulu.
“Secara umum, produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk memuaskan keinginan atau kebutuhan, termasuk barang fisik, layanan, pengalaman, kejadian, orang, tempat, properti, organisasi, informasi, dan gagasan“ (Kotler & Keller, 2015)
Ini berarti produk bisa berupa apa saja mulai dari menginap di hotel, penerbangan, kursus bahasa, pakaian, makanan, sikat gigi, dll. Untuk menggambarkan definisi suatu produk dan perannya dalam mendefinisikan branding, kita akan menggunakan contoh air: Air adalah sumber bebas yang setiap manusia perlu hidup dan bertahan. Namun hal itu menjadi produk pada zaman manusia dan perusahaan mulai mengkomersilkannya, misalnya dengan menjual air mineral di gelas dan botol plastik
Tapi air selalu terlihat sama, bukan?
Wujud fisiknya adalah cair dan transparan. Jadi, bagaimana bisa perusahaan yang berbeda menjual produk yang sama tapi tetap meyakinkan orang untuk membeli air kemasan mereka daripada yang ada di kompetisi?
Jawabannya adalah: dengan menciptakan sebuah merek (brand).
Baca juga: Kuliah Bisnis Digital Terbaik di Surakarta
Definisi brand atau merek: “Merek adalah nama, istilah, desain, simbol, atau fitur lain yang mengidentifikasi satu barang atau jasa penjual yang berbeda dari penjual lainnya” (American Marketing Association).
Anda dapat mempertimbangkan atau memaknai merek sebagai gagasan atau citra yang dimiliki orang saat memikirkan produk, layanan dan aktivitas spesifik perusahaan, baik praktis (misalnya “sepatu itu ringan”) dan cara emosional (misalnya “sepatu membuat saya merasa kuat “).
Oleh karena itu bukan hanya fitur fisik yang menciptakan brand, tapi juga perasaan konsumen yang berkembang terhadap produk perusahaan. Kombinasi isyarat fisik dan emosional ini dipicu saat mereka terpapar dengan nama, logo, identitas visual, atau bahkan pesan yang dikomunikasikan.
Sebuah produk dapat dengan mudah disalin oleh pemain lain di pasar, namun sebuah merek akan selalu unik. Misalnya, rasa Pepsi dan Coca-Cola sangat mirip, namun untuk beberapa alasan, beberapa orang merasa lebih terhubung dengan Coca-Cola, yang lainnya menyukai Pepsi. Mari kita gambarkan ini lagi dengan contoh air kita.
Produk yang dijual adalah air, namun untuk meyakinkan orang untuk membeli air tertentu, perusahaan mengembangkan merek air yang berbeda, seperti Aqua, Club, Nestle Pure life, dan Equil. Masing-masing merek ini memberikan arti yang berbeda.
Tahu kan bedanya kalau minum merek-merek diatas dibanding air putih hasil rebusan sendiri? Gambaran steril, higenis, menyegarkan, meningkatkan stamina dan sebagainya adalah hasil dari proses branding dari merek-merek tersebut.
Pada akhirnya, sebuah brand atau merek adalah firasat seseorang tentang produk atau perusahaan tertentu. Setiap orang menciptakan versinya sendiri, dan beberapa merek meningkat atau menurun dalam popularitas karena bagaimana perasaan konsumen terhadapnya.
Definisi pencitraan merek (branding):
“Branding adalah memberikan kekuatan merek produk dan layanan.“ (Kotler & Keller, 2015)
Branding adalah proses memberi makna pada produk tertentu dengan menciptakan dan membentuk merek di benak konsumen. Ini adalah strategi yang dirancang oleh perusahaan untuk membantu orang mengidentifikasi produk dan organisasi mereka dengan cepat, dan memberi mereka alasan untuk memilih produk mereka dari pesaing, dengan memperjelas merek khusus ini dibandingkan yang lain.
Sementara itu, tujuannya adalah untuk menarik dan mempertahankan pelanggan setia dengan menghadirkan produk yang selalu selaras dengan apa yang dijanjikan merek. Siapa yang berusaha dipengaruhi?
Konsumen: Sebagaimana dibahas di atas, sebuah merek memberi konsumen jalan pintas pengambilan keputusan saat merasa tidak pasti tentang produk yang sama dari perusahaan yang berbeda.
Karyawan / pemegang saham / pihak ketiga: Selain membantu konsumen membedakan produk sejenis, strategi branding yang sukses juga menambah reputasi perusahaan. Aset ini dapat mempengaruhi sejumlah orang, mulai dari konsumen hingga karyawan, investor, pemegang saham, penyedia, dan distributor.
Sebagai contoh, jika Anda tidak menyukai atau tidak merasa terhubung dengan merek, Anda mungkin tidak ingin bekerja untuk itu. Namun, jika Anda merasa seperti merek memahami Anda dan menawarkan produk yang menginspirasi Anda, Anda mungkin ingin bekerja untuk itu dan menjadi bagian dari dunianya.
Menciptakan Merek
Perusahaan cenderung menggunakan alat yang berbeda untuk menciptakan dan membentuk merek. Misalnya, branding dapat dicapai melalui:
- iklan dan komunikasi
- desain produk dan kemasan
- pengalaman di dalam toko
- harga
- mensponsori dan bermitra
- Identitas visual merek (logo, situs web dan warna, hanyalah beberapa contoh).
Dalam contoh branding air mineral, desain dan periklanan kemasan barangkali merupakan alat paling ampuh yang digunakan oleh pemasar:
- Desain kemasan adalah silent salesman yang akan menarik perhatian konsumen yang sibuk di dalam toko. Desain ini memberi tahu konsumen tentang sifat produk dan secara visual membedakan merek dari persaingan di rak. Contoh yang berhasil di mata saya adalah AQUA, yang berhasil menciptakan desain botol yang sederhana, dengan lekukan-lekukan di bagian bawah yang mencerminkan nilai merek dengan sempurna: Sementara emurnian tercermin melalui efek transparansi.
- Periklanan adalah alat yang ampuh untuk menciptakan dan membentuk sebuah brand universe karena sangat visual dan bercerita tentang produk / perusahaan. Berikut adalah beberapa contoh branding air melalui periklanan:
“Semua Berawal Dari Kita’ dan ‘Kebaikan Alam Kebaikan Hidup”
Kesimpulannya: Dengan kata-kata yang sangat sederhana, sebuah produk adalah apa yang Anda jual, sebuah merek adalah citra yang dirasakan dari produk yang Anda jual, dan branding adalah strategi untuk menciptakan citra itu.
___________________________________________
Sumber:
Kotler & Keller: Marketing Management (2015),
American Marketing Association (AMA)