Penulis: Luthfi Hamdani
Selalu menarik untuk mengulas kekayaan dalam perspektif islam. Di tengah konsep-konsep dasar agama seperti keberpasrahan, ke-ikhlas-an, hingga penghambaan yang tampak kontradiktif dengan pengupayaan kekayaan.
Mari kita bedah satu persatu. Pertama, seorang individu hanya bisa menjadi kaya apabila terjadi proses pembatasan konsumsi sekaligus akumulasi kapital atau modal. Kedua, dalam sebuah hadist yang diriwayatkan Ibnu Mubarak, nabi bersabda: “Bukanlah termasuk orang baik di antara kamu mereka yang meninggalkan kehidupan dunia karena mengejar kehidupan akhirat”. Begitu pula sebaliknya (Abuddin Nata 2014, 90).
Memiliki harta (yang banyak) tentu bukan sesuatu yang salah dalam islam. Selama seorang muslim memastikan memperoleh dan menggunakannya dengan benar. Pada kitab Fathul Mu’in, saat membahas bai’ (jual), Syaikh Zainuddin al-Malibari menukil hadist saat beliau SAW ditanya: “Apa penghasilan (kasb) yang paling baik?”, Nabi menjawab: “Pekerjaan seseorang dengan tangan mereka sendiri, dan setiap penjualan yang diterima”. Artinya tidak mengandung kecurangan dan fitnah. (shf. 207)
Pada kitab Tuhfatul Muriid (syarah Jauhar al-Tauhid), Syaikh Ibrahim bin Muhammad al-Baijuriy memberikan ilustrasi menarik pada pembahasan mengenai sifat jaiz Allah SWT. Dalam bait, dicontohkan bahwa salah satu contoh perbuatan yang bebas (mungkin) dilakukan oleh Allah adalah memberikan rizki kepada orang-orang kaya, meskipun Allah bebas juga untuk bertindak yang sebaliknya.
Orang kaya adalah kebalikan dari faqir. Kaya berarti memiliki banyak harta (kastratul amwaal). Dalam pembahasan selanjutnya, jumhur ulama’ sepakat bahwa orang kaya yang bersyukur (al-ghaniyyu al-syaakir) lebih mulia dibanding orang faqir yang sabar (al-faaqir al-shaabir). Ketentuannya adalah; orang kaya ini bersyukur atas kekayaannya, memenuhi hak-hak harta (misalnya zakat), membagi sebagian kepada yang lebih membutuhkan dan mempergunakan hartanya untuk kebajikan. (shf. 61-62)
So, serius bekerja dan berbisnis ialah anjuran islam. Sedangkan menjadikan kita kaya adalah kewenangan Allah. Harta dan kekayaan akan mengantarkan pemiliknya pada kemuliaan dunia juga akhirat.