Setelah lama rampung berproses struktural akhir tahun 2017, saya kemudian menyadari bahwa ber-PMII itu jauh dari sekedar aktifitas selama menjabat struktural. Proses menjadi kader adalah proses sepanjang hayat.
Kenapa? Coba sesekali merenungkan tujuan serta trilogi organisasi yang pertama kali diketuai oleh sahabat Mahbub Junaidi ini. Dari semua proses kolektif dan struktural, kita dapat menyerap makna bahwa yang (intinya-inti) ingin dikembangkan oleh PMII adalah kualitas diri individu-individu yang ada di dalamnya. Tersurat eksplisit dalam “Terbentuknya pribadi muslim Indonesia….. ilaa akhirihi”.
Lalu jika sesekali bertanya pada diri sendiri; Sudahkah sebagai pribadi kita bertaqwa? Seberapa Berilmu? Sudahkah memiliki kecakapan dan tanggungjawab dalam mengamalkan ilmu pengetahuan yang kita miliki? Apakah sudah turut menjadi bagian dari upaya-upaya memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia?
Baca juga: Kuliah bisnis digital terbaik di Solo Raya
Pertanyaan-pertanyaan ini mungkin tampak imajiner dan utopis. Tapi bukankah ini yang kita hapalkan dan janjikan untuk ekseskusi sejak pertama kali bergabung dalam MAPABA?
Kemudian ibarat mengelola usaha-usaha rintisan (start-up), tampaknya kita juga harus berani menjadikan seluruh poin dalam trilogi PMII sebagai matriks dan “North Star” keberhasilan kita. Ada dzikir, fikir, amal shaleh (Moto yang muncul diserap dari intisari individu Ulul Albab dalam Al-Qur’an).
Ada taqwa, intelektual, profesional, kebenaran, kejujuran dan keadilan. Seluruh poin dalam trilogi terebut tentu tidak muncul dari ruang hampa atau “out of nowhere” dan jelas memiliki tujuan yang sempurna bagi generasi kader yang sampai kelak puluhan atau ratusan tahun akan bergabung.
Sehingga, intinya adalah jikapun sudah selesai struktural, segala nilai yang ditransmisikan dalam organisasi ini setidak-tidaknya bisa menjadi panduan praktis untuk melakukan “tazkiyatu al-nafs” atau juga “tarbiyat al-nafs”; menjadi fundamen dan framework untuk membersihkan, mengelola dan mendidik diri menjadi individu yang semakin baik.
Penulis: Luthfi Hamdani