Penulis: Muhammad Luthfi Hamdani
“Kami tidak melakukan kesalahan apapun, tetapi entah bagaimana, kami kalah”. Demikian pernyataan CEO Nokia saat resmi diakuisisi oleh Microsoft. Pernyataan yang menandai akhir era kejayaan produsen HP dari Finlandia ini.
Satu-satunya kesalahan yang dilakukan Nokia adalah; mereka tidak beradaptasi dengan perubahan lingkungan bisnisnya. Dunia teknologi dan khususnya industri smartphone berubah drastis, kompetitor mereka (terutama Iphone) berlari lebih kencang dan aspirasi pengguna juga semakin tinggi.
Baca juga: Kuliah bisnis digital terbaik di Solo Raya
Ini tentu bukan hanya kasus Nokia. Banyak perusahaan besar juga organisasi non-profit gulung tikar karena gagal beradaptasi dengan persaingan dan perubahan lingkungan. Kekuatan eksternal ini memang tidak menyentuh aktifitas operasional jangka pendek organisasi, namun pada kondisi jangka panjangnya.
Sayangnya, berbanding terbalik dengan berbagai faktor internal yang bisa dikelola oleh organisasi, yang eksternal ini umumnya berada di luar kontrol atau kendali. Faktor-faktor eksternal ini bisa berdampak menguntungkan, bisa juga merugikan — apalagi kalau organisasi atau perusahaan kita bebal untuk berubah.
Thomas L. Wheelen (2018) menggunakan pendekatan analisis STEEP untuk memantau tren eksternal ini. Kelima variabelnya ialah: Sosial-Budaya, teknologi, ekonomi, ekologi dan politik-hukum. Informasi yang dianalisa bisa dari beragam sumber. Keterbukaan pikiran dan kepekaan akan perubahan adalah kunci suksesnya.
Beberapa tren eksternal misalnya: tumbuhnya kesadaran ekologis dan konsumsi yang sehat, perubahan perilaku belanja generasi milenial dan Gen-Z, perkembangan teknologi digital, kemajuan kecerdasan buatan (A.I), tuntutan penggunaan energi alternatif, resiko supply-chain, hingga berubah-rubahnya regulasi.
Lingkungan eksternal bisnis akan terus berubah. Kita mengenal juga VUCA Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity. Kondisi yang menggambarkan situasi perubahan yang terjadi sangat cepat, tidak pasti, kompleks, dan ambigu disebabkan karena transformasi digital.
Agar berhasil bertahan dan berkembang dalam jangka panjang, perusahaan atau organisasi non-profit perlu selaras dengan lingkungan eksternalnya. Harus punya kesesuaian strategis.