Penulis: Rizal Al Hadqi
Setelah dinyatakan lulus dari pondok pesantren dan menyandang status ‘alumni’, mereka kembali ke kampung halaman masing-masing untuk menyebarkan wawasan dan ilmu pengetahuannya kepada masyarakat. Namun, proses transformasi keilmuan para alumni akan lebih baik dan efektif jika ditunjang dengan adanya sebuah forum bersama atau organisasi.
Adanya organisasi alumni pondok pesantren merupakan hal penting, bukan saja sekadar mengejar eksistensi, tetapi juga sebagai sarana untuk menjalin tali persaudaraan (shillaturrahim) dan ukhuwwah antar santri/alumni pondok pesantren.
Organisasi didefinisikan sebagai perkumpulan atau kelompok kerja sama antara orang-orang yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama. Ada berbagai macam bentuk organisasi dengan ragam corak yang berbeda-beda.
Organisasi, terutama yang memiliki basis dari kalangan pelajar ataupun pemuda. juga bisa disebut sebagai entitas gerakan yang dicirikan dengan tindakan kolektif demi mencapai sebuah tujuan dan cita cita transformatif menuju sistem yang dianggap lebih baik. Salah satu organisasi alumni pondok pesantren adalah Al Aqsa Jogjakarta.
Sebagai sebuah organisasi alumni pondok pesantren, Al Aqsa Jogja tebilang masih muda. Dalam Pedoman Dasar Organisasi (PDO) Al Aqsa Jogja, Bab I Pasal I Ayat I disebutkan bahwa “Organisasi ini dinamakan Alumnus Al-Falah Queen Sillatul Arham wilayah Yogyakarta yang selanjutnya disebut Al-Aqsa Jogja.” Al Aqsa Jogja didirikan untuk mengakomodasi dan dijalankan oleh para alumni dari Pondok Pesantren Queen Al-Falah Ploso, Mojo, Kediri, khususnya di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Para anggota Al Aqsa Jogja merupakan pendatang dari berbagai daerah yang sedang menempuh jenjang studi, baik melanjutkan rihlah keilmuan di pondok pesantren, perguruan tinggi, bahkan menjalankan profesi lainnya di Yogyakarta.
Dengan rata-rata keanggotaan yang reatif masih muda, Al Aqsa Jogja sudah seharusnya menjadi aktor penggerak roda organisasi alumni ini secara maksimal, terutama dalam bidang kajian keagamaan dan kemasyarakatan.
Selain itu, dibentuknya Al Aqsa Jogja juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran mereka sebagai alumni dalam memupuk solidaritas serta menyediakan forum dan wadah bagi aktivitas sosio-akademik bagi anggota-anggotanya melalui program-program yang telah dirumuskan bersama berupa berbagai kegiatan membangun jejaring, menambah dan memberi kesempatan bertukar pikiran mengenai topik-topik keilmuan yang sedang ditekuni, serta menguatkan skil sesuai kompetensinya.
Sehingga, diharapkan bisa merangsang kreativitas dan memunculkan ide gagasan para anggotanya, yang itu semua tetap berpijak pada asas kebermanfaatan, kemashlahatan, dan keberkahan bersama, baik bagi internal santri/alumni maupun masyarakat luas.
Di antara agenda yang dilakukan untuk menjalin konektivitas antar anggotanya adalah kegiatan ngopi bareng yang telah menjadi rutinitas setiap akhir pekan. Forum ngopi bareng ini diisi dengan saling sharing pengalaman masa lalu ketika masih di pondok pesantren yang terus berulang dalam setiap pertemuan.
Selain itu, ada juga agenda rutin lainnya yang dilaksanakan setiap Selasa Wage yang merupakan penerapan nilai-nilai yang telah diidapatkan tatkala masih di pondok pesantren, mulai dari bacaan yasin tahlil, khotmil qur’an, sholawat dibaiyyah. Kegiatan Selasa Wage yang dilakukan di tempat yang berbeda-beda secara bergiliran ini didasari oleh perasaan takdzim kepada Muassis dan Masyayikh, terutama mengingat Selasa Wage merupakan hari wafatnya K.H. Munif Djazuli, 30 Januari 2012.
Namun demikian, Al Aqsa Jogja tidak boleh lengah dan menganggap cukup hanya fokus pada kegiatan-kegiatan rutinitas seremonial belaka, tetapi juga mesti tetap berupaya mendorong para anggotanya untuk terus mengeksplorasi potensi skill yang dimiliki dalam rangka menjawab tantangan perubahan zaman.
Dengan kata lain, forum ngopi bareng tidak melulu berisikan kenangan masa lalu, melainkan ide dan gagasan, diskusi tentang pelbagai feonemena yang tengah terjadi serta bagaimana turut berperan dalam proses transformasi sosial. Hal ini merupakan hal baik sekaligus dapat dijadikan sebagai salah satu langkah strategis untuk turut berpartisipasi aktif dalam berbagai aspek kehidupan kemasyarakatan secara lebih luas.
Misalnya, para anggota Al Aqsa Jogja yang notabene alumni pondok pesantren harus pro-aktif berperan sebagai pengampu dan teman baik bagi anak anak yang sedang gemar mengenal huruf hijaiyyah, khususnya di Taman Pendidikan Al-Quran (TPA) binaan yang ada di daerah Sleman Yogyakarta.
Ideologisasi mengenai ajaran dan doktrin kepesantren tidak boleh hilang, insiatif untuk mengadakan Masa Orientasi Alumni (Moral) merupakan upaya kolektif dan langkah yang strategis untuk pendataan dan pendekatan emosional ulang antar alumni, sasaran utama acara ini adalah para anggota yang baru mengemban predikat alumni. Kegiatan formal berisikan materi tentang Aswaja sebagai manhaj al fikr, kealumnian dan keorganisasian, kegiatan non formalnya diisi dengan Focus Group Discussion (FGD) dan game sebagai wahana peningkatan solidaritas antar alaumni.
Kerjasama antar lembaga, khususnya di lingkungan pendidikan, mulai konsisten dijalin dengan baik. Hal tersebut merupakan manifestasi dari tujuan adanya Al Aqsa Jogja. Kerja sama di bidang pendidikan non-formal dengan salah satu yayasan pondok pesantren di Sleman adalah upaya untuk muthola’ah pelajaran bagi para anggota Al-Aqsa Jogja sekaligus menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang telah didapatkan dari guru-guru di pondok pesantren, khususnya dalam bidang kajian Al-Qur’an dan kitab kuning.
Ala kulli hal, Al-Aqsa Jogja memiliki niat dan tekad baik yang terus diupayakan untuk dapat berkontribusi di tengah kehidupan masyarakat sebagai salah satu bukti pengabdian nyata dan semoga memperoleh restu dan ridho dari Masyayikh Pondok Pesantren Queen Al-Falah. Khususon ila rukhi Yai Munif Djazuli, al fatihah…