Penulis: Luthfi Hamdani
Sayyid Abdul Malik Al-Houthi dan Sayyid Hasan Nasrallah. Pemimpin kelompok perlawanan (al-muqawamah) terhadap genosida Israel atas rakyat Palestina. Satu memimpin kelompok Ansharallah dari wilayah Yaman Selatan dan satu lagi memimpin Hizbullah Selatan Lebanon.
Saat ini, dua beliau ‘sayyid’ inilah yang berani pasang badan, bertaruh nyawa melawan serangan-serangan ngawur entitas Israel (dan para sekutunya) terhadap masyarakat Palestina.
Di tengah perdebatan masalah nasab keturunan nabi yang gak ada ujungnya itu, keduanya tampak sebagai yang benar-benar peduli terhadap masalah yang bukan hanya perkara umat muslim, namun juga masalah kemanusiaan di Palestina.
Tanpa kedua ‘sayyid’ ini, bisa dipastikan “muru’ah” atau kehormatan kita sebagai muslim sudah rusak total. Sebab diam tanpa bisa melakukan apapun atas kekejian penjajahan dan pembantai*n saudara-saudari kita di Palestina.
Sebagai muslim, kita ini muak betul urusan debat nasab “keturunan” nabi ini. Datang ke acara maulid, nonton di YouTube ceramah-ceramah maulid, dan melalui media-media lain, isu yang berujung mempertahankan status gak penting ini diungkit-ungkit terus.
Islam harusnya jadi agama yang egaliter. Semua manusia, baik mereka keturunan Jawa, Arab, Yaman, Papua, Eropa, Afrika — semua bisa ‘taslim’ kepada Allah SWT dan memantapkan sepenuh keyakinan bahwa menjalankan syariat Islam adalah jalan keselamatan dan kedamaian yang mereka pilih.
Mau terafiliasi dengan ormas Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Rabithah Alawiyah, Persis, Salafi-Wahabi, LDII, Hamas, Fatah, Hizbullah, benang merah semuanya sama: sama-sama muslim.
Semua manusia, dari keturunan ningrat, keturunan ulama, keturunan rakyat biasa, bahkan keturunan penjahat bisa saja jadi muslim yang tinggi derajatnya. Kisah Sunan Kalijaga yang semula preman bernama Brandal Lokajaya jadi contoh yang bagus sekali.
Bukankah nabi pernah bersabda, bahwa bahkan jika putrinya sendiri yang berbuat salah, maka ia sendiri yang akan menghukumnya. Konsep hukum “equality before the law” yang kini kita percayai, bahkan nabi sendiri yang mengajarkan.
Bukankah derajat kemuliaan kita di “sisi Allah” adalah berdasar ilmu yang kita miliki dan berdasar lelaku taqwa (patuh) terhadap perintah Allah? Juga sebab kebermanfaatan atau kontribusi kita bagi manusia yang lain, masyarakat dan kemanusiaan.
Bukan sebab faktor-faktor primordial yang “taken” dari Allah, kita gak bisa milih.
Pun perilaku menyombongkan diri dengan faktor apapun jelas dilarang agama. Serta merendahkan individu atau kelompok lain jelas dilarang juga.
Cukuplah kita semua sebagai umat nabi Muhammad, kini fokus pada masalah kemanusiaan terbesar di era milenium ini; membela hak-hak rakyat Palestina. Hak atas tanah moyang mereka, hak atas kemerdekaan yang hakiki, atau setidaknya hak untuk hidup. Iya, sekadar hidup dan tidak terbunuh oleh bom, tank, drone, dan senjata-senjata canggih itu.
Alangkah sedihnya nabi menyaksikan setiap hari belasan hingga ratusan umatnya menjadi korban serangan tanpa pandang bulu dari rezim zionis Israel. Anak-anak kecil menangis kelaparan dan terserang beragam penyakit, kakek-nenek dengan tergopoh berlari sebab tempat mereka mengungsi diancam dibom, lalu terpaksa terus menerus berpindah-berjalan tanpa tahu tempat mana yang benar-benar aman.
Juga tim penyelamat sipil (PRCS) dan entitas lain di Gaza yang setiap hari harus berjuang dengan alat seadanya menyelamatkan belasan anak-anak balita tertimpa reruntuhan gedung bertingkat. Bahkan dalam bom terakhir, mereka harus menggali dengan tangan kosong lubang berdiameter dan kedalaman belasan meter efek bom yang mengubur hidup sanak famili mereka.
Nabi Muhammad jelas adalah pembela kelompok tertindas. Dan jelas kita musti berupaya menirunya. Walaupun belum mampu secara materil dan fisik, setidaknya dengan terus peduli dan fokus pada isu kemanusiaan di Gaza dan West Bank, Palestina.
Bulan Maulid ini, juga bulan-bulan setelahnya, harusnya jadi momen tafakur atas lemah dan rendahnya kehormatan kita, sebab gagal menghentikan kedzaliman yang terjadi. Bahkan isu ini sangat jarang muncul dalam forum-forum publik kita.
Semoga kita semua kelak mendapat syafaat al-udzhma dari baginda nabi.