Penulis: Kurnia Faizatul Muna*
Dalam dunia bisnis, tidak ada yang pasti. Bagi banyak pengusaha, perjalanan mereka sering kali seperti permainan ular tangga. Kadang-kadang, kita bisa naik dengan cepat berkat kesempatan yang tiba-tiba muncul.
Namun, di saat lain, krisis atau hambatan tak terduga dapat membuat bisnis yang kita bangun selama bertahun-tahun mengalami kemunduran yang drastis. Buku Scale Up Action karya Nur Agustinus menjadi panduan penting bagi para pelaku usaha, terutama di masa-masa penuh ketidakpastian ini, untuk tetap bertahan dan berkembang di tengah krisis.
Salah satu pelajaran penting yang diangkat dalam buku ini adalah pentingnya membangun fondasi bisnis yang kuat. Seperti kisah klasik tiga babi kecil, di mana hanya rumah yang dibangun dengan bata yang mampu bertahan dari tiupan Angin Serigala, bisnis juga memerlukan pondasi yang kokoh agar tidak mudah roboh saat diterpa badai ekonomi.
Bisnis yang sukses bukanlah tentang seberapa cepat kita tumbuh, tetapi seberapa tahan kita saat menghadapi krisis.
Di era modern ini, banyak pengusaha tergiur untuk mendapatkan keuntungan cepat tanpa memperhatikan fondasi yang kuat. Mereka membangun bisnis seperti rumah jerami yang cepat selesai tetapi rapuh.
Padahal, krisis seperti pandemi COVID-19 telah menunjukkan betapa pentingnya membangun bisnis dengan strategi yang matang dan manajemen risiko yang baik. Banyak usaha yang gagal bertahan karena terlalu fokus pada pertumbuhan tanpa mempersiapkan diri untuk perubahan mendadak.
Buku Scale Up Action menyoroti bahwa keberhasilan jangka panjang tidak hanya ditentukan oleh kemampuan untuk bertahan, tetapi juga untuk terus beradaptasi dengan perubahan.
Seperti yang dikatakan Charles Darwin, “Bukan yang paling kuat atau yang paling pintar yang bertahan hidup, tetapi yang paling bisa beradaptasi.” Adaptasi bukan berarti kita hanya bertahan hidup, tetapi juga mencari cara untuk terus berkembang di lingkungan yang selalu berubah.
Salah satu poin penting yang ditekankan oleh Nur Agustinus adalah perlunya pemahaman yang mendalam tentang analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats). Dengan memahami kekuatan dan kelemahan internal serta peluang dan ancaman eksternal, bisnis dapat merumuskan strategi yang lebih efektif.
Misalnya, di tengah krisis, mungkin ada peluang untuk memanfaatkan perubahan perilaku konsumen atau teknologi baru yang dapat mendukung operasional bisnis.
Baca Juga: Buku Referensi Membangun Bisnis di Era Digital
Namun, strategi tanpa eksekusi yang tepat tidak akan membawa hasil. Buku ini menekankan pentingnya eksekusi yang cepat dan efisien. Ketika kita menyadari adanya peluang, kita harus segera mengambil tindakan sebelum pesaing melakukannya.
Misalnya, dalam situasi pandemi, banyak bisnis yang cepat beralih ke platform digital dan berhasil memanfaatkan lonjakan e-commerce. Sebaliknya, bisnis yang lambat beradaptasi dengan teknologi baru justru tertinggal dan kehilangan pangsa pasar.
Tidak hanya itu, Scale Up Action juga membahas pentingnya inovasi sebagai bagian dari strategi bisnis. Namun, inovasi tidak selalu harus berupa perubahan besar yang radikal. Terkadang, inovasi kecil yang konsisten dapat membawa dampak besar dalam jangka panjang.
Inovasi harus relevan dengan kebutuhan pasar dan tidak sekadar berbeda untuk menjadi berbeda. Jika inovasi hanya dilakukan tanpa pertimbangan yang matang, hal ini bisa menjadi bumerang bagi bisnis.
Dalam konteks persaingan, buku ini mengadopsi prinsip-prinsip strategi perang Sun Tzu. Menurut Nur Agustinus, persaingan bisnis mirip dengan strategi militer di mana kedisiplinan, kecepatan, dan kemampuan membaca situasi menjadi kunci kemenangan.
Bisnis yang mampu memahami pesaing dan melakukan langkah-langkah strategis lebih dulu akan lebih unggul. Hal ini relevan terutama di sektor UMKM, di mana banyak pelaku usaha bersaing dalam pasar yang sama dengan sumber daya yang terbatas.
Namun, salah satu hal yang sering dilupakan oleh pengusaha adalah pentingnya mengelola arus kas (cash flow). Buku ini mengingatkan kita bahwa bisnis yang sehat tidak hanya tentang menghasilkan keuntungan, tetapi juga tentang menjaga arus kas agar tetap positif.
Banyak bisnis yang tampaknya sukses di luar, tetapi sebenarnya sedang mengalami kebocoran keuangan yang parah. Manajemen keuangan yang baik menjadi pondasi agar bisnis tetap bertahan di masa-masa sulit.
Scale Up Action menekankan pentingnya memiliki mentalitas bertahan dan berkembang. Krisis adalah bagian dari siklus bisnis, dan cara kita merespons krisis tersebut akan menentukan apakah bisnis kita akan bertahan atau tenggelam.
Mentalitas yang tangguh, kemampuan beradaptasi, dan strategi yang matang adalah kunci untuk bertahan di era yang penuh ketidakpastian ini.
Kita tidak dapat menghindari badai, tetapi kita dapat mempersiapkan kapal kita agar mampu bertahan melawan ombak besar.
Buku ini bukan hanya menjadi panduan teknis, tetapi juga menjadi sumber inspirasi bagi para pengusaha untuk terus berjuang dan tidak mudah menyerah. Di tengah krisis, selalu ada peluang bagi mereka yang siap dan berani mengambil risiko.
****
* Kurnia Faizatul Muna is Education Enthusiast in Management & Economic dan Founder @socied_com