Manajemen risiko adalah proses untuk mengidentifikasi potensi keuntungan dan kerugian dari suati investasi. Manajemen risiko yang efektif dapat mengurangi kemungkinan terjadinya risiko dan dampaknya.
Artikel ini akan membahas mengenai proses-proses yang dilakukan perusahaan dalam manajemen risiko beserta dengan pengambilan keputusan berbasis risiko.
Proses Manajemen Risiko
Menurut Smith (1995), proses manajemen risiko melibatkan:
- Identifikasi risiko / ketidakpastian
- Analisis implikasi
- Respons untuk meminimalkan risiko
- Alokasi kemungkinan yang sesuai.
1. Risk Identification
- Identifikasi risiko terdiri dari penentuan risiko mana yang cenderung mempengaruhi proyek dan mendokumentasikan karakteristik masing-masing.
- qIdentifikasi risiko harus mengatasi risiko internal dan eksternal. Sumber risiko utama yang berpotensi menyebabkan dampak besar pada proyek juga harus ditentukan dan diklasifikasikan menurut dampaknya terhadap biaya proyek, jadwal waktu, dan tujuan proyek.
- Penting juga bagi analisis risiko untuk dilakukan secara teratur di semua tahap proyek. Identifikasi risiko harus dilakukan dengan cara yang serupa di tingkat perusahaan dan bisnis strategis.
2. Risk Quantification and Analysis
- Risk quantification and analysis melibatkan evaluasi untuk menilai berbagai kemungkinan hasil. Hal ini terutama berkaitan dengan penentuan peristiwa risiko mana yang perlu ditanggapi. Sejumlah alat dan teknik tersedia untuk digunakan dalam riskquantification and analysis akan di jelaskan pada pembahasan berikutnya.
- Output utama dari risk quantification and analysis adalah daftar peluang-peluang yang harus dikejar dan ancaman-ancaman yang membutuhkan perhatian.
- Proses risk quantification and analysis juga harus mendokumentasikan sumber risiko dan peristiwa risiko yang secara sadar telah diputuskan atau diterima oleh team manajemen beserta individu yang membuat keputusan untuk melakukannya.
- Dawson et al. (1995) percaya bahwa tujuan dalam manajemen risiko adalah bagian penting dari analisis risiko. Tujuan dari manajemen risiko adalah untuk menentukan keseimbangan yang ada antara risiko dan peluang untuk membantu respons manajemen untuk mengatur keseimbangan agar lebih mendapatkan peluang dan jauh dari risiko. Oleh karena itu, untuk melakukan manajemen risiko, tujuan harus didefinisikan secara jelas di setiap tingkat organisasi.
- Terdapat dua jenis metode utama yang digunakan dalam proses risk quantification and analysis. Dalam hal ini adalah: 1) analisis risiko kualitatif dan 2) analisis risiko kuantitatif.
Baca Juga: Buku Referensi Membangun Bisnis Sosial
3. Risk Response
Respons risiko mencakup penentuan langkah-langkah peningkatan untuk peluang dan respons terhadap ancaman. Respons terhadap ancaman pada umumnya termasuk dalam salah satu kategori berikut:
- Risk Avoidance: Risk avoidance melibatkan penghapusan ancaman tertentu. Ini bisa dengan menghilangkan sumber risiko dalam suatu proyek atau dengan menghindari proyek atau entitas bisnis yang memiliki risiko.
- Risk Reduction: Karena signifikansi suatu risiko terkait dengan probabilitas kejadiannya dan pengaruhnya terhadap hasil proyek jika itu terjadi, pengurangan risiko dapat melibatkan menurunkan probabilitas atau mengurangi dampaknya (atau bahkan keduanya).
- Risk Transfer: Asuransi adalah teknik yang populer untuk risk transfer di mana hanya konsekuensi keuangan potensial dari risiko yang ditransfer dan bukan tanggung jawab untuk mengelola risiko. Pada dasarnya, risk transfer adalah proses mentransfer risiko ke partisipan lain dalam proyek. Mentransfer risiko tidak menghilangkan atau mengurangi kekritisan risiko, tetapi hanya membiarkan orang lain menanggung risiko tersebut.
- Risk Retention: Risiko dapat dipertahankan dengan sengaja atau tidak sengaja. Dalam kasus risk retention yang direncanakan, ini melibatkan asumsi lengkap atau asumsi sebagian dari dampak potensial risiko. Idealnya, retained risk harus terkait dengan aktivitas core value-adding organisasi (risiko yang paling mampu dikelola organisasi) serta risiko-risiko yang mungkin ditangani dengan lebih efektif dalam segi biaya oleh organisasi daripada entitas eksternal (karena risk transfer dan risk avoidance tentu dikenakan premi).
4. Pemilihan Opsi Risk Response
Pada tahap proses manajemen risiko ini, opsi respons risiko dari keempat alternatif di atas akan dieksplorasi untuk risiko yang lebih signifikan.
5. Outputs dari Proses Risk Response
Setiap risiko yang signifikan harus dipertimbangkan dalam hal pihak proyek mana yang harus ‘memilikinya’ dan pilihan respons risiko mana yang cocok untuk menghadapinya. Opsi respons yang paling tepat atau opsi yang sesuai dengan kebijakan manajemen risiko perusahaan yang menghasilkan strategi respons atau strategi-strategi lainnya harus dipilih.
6. Manajemen Risiko dalam Siklus Hidup Proyek
- Manajemen risiko bukanlah kegiatan tunggal yang terpisah tetapi suatu proses dinamis, yang menjadi secara terus menerus lebih disempurnakan melalui pengulangan selama siklus hidup proyek. PMBOK (1996) menunjukkan bahwa setiap proses utama dari manajemen risiko akan terjadi setidaknya sekali dalam setiap fase proyek.
- Thompson dan Perry (1992) dan Simon et al. (1997) mendukung penerapan manajemen risiko yang berkesinambungan di seluruh siklus hidup proyek, meskipun Thompson dan Perry (1992) mengamati bahwa paling berharga di awal proposal proyek, meskipun masih ada fleksibilitas dalam desain dan perencanaan untuk mempertimbangkan bagaimana risiko serius mungkin dapat dihindari.
- Chapman (1998) juga membahas masalah penerapan proses manajemen risiko diawal atau diakhir siklus hidup proyek. Dia menyarankan bahwa implementasi pada awal siklus akan menghasilkan manfaat yang lebih besar. Sebaliknya, pada tahap definisi proyek yang lebih akurat, di mana implementasi lebih mudah, penerapan proses manajemen risiko kurang menguntungkan.
- Sehubungan dengan hal di atas, implementasi awal dari proses manajemen risiko ini seharusnya tidak hanya memfasilitasi pengambilan keputusan penilaian, tetapi juga dilihat sebagai siklus pertama dari proses manajemen risiko dalam siklus hidup proyek.