Penulis: Luthfi Hamdani
Demikian topik salah satu tulisan Reza A.A Wattimena dalam bukunya berjudul “Bahagia, Kenapa Tidak?” (2015). Sebuah buku yang mengulas relasi kebahagiaan hidup dengan beragam aspek yang mempengaruhinya. Diulas dengan pendekatan filsafat berdasarkan argumentasi sederhana: “Hidup yang bahagia berarti hidup yang dijalani dengan cara berpikir (falsafah) yang tepat.”
Pada tulisan mengenai kesepian, Wattimena sepakat dengan banyak penelitian terdahulu bahwa kesepian itu berbahaya. Kondisi ini mendorong orang untuk berpikir salah. Mengutip Solomon (2002), pada kondisi terburuk kesepian, banyak orang lalu memutuskan untuk melakukan bunuh diri.
Kesepian muncul dari dua akar; sistemik dan pribadi. Akar sistemik lahir dari ketakutan pada segala bentuk perbedaan (cara berpikir dan cara hidup yang berbeda, bahkan warna kulit yang berbeda) dan kecenderungan untuk melihat sistem, aturan serta kebijakan lebih penting dari hidup manusia.
Sedangkan akar pribadi muncul sebab mengalami peristiwa yang berat dalam hidup. Misalnya kehilangan keluarga, atau gagal dalam hubungan yang bermakna. Pun misalnya kecenderungan diri yang amat rapuh (sensitif) terhadap berbagai peristiwa hidup.
Wattimena menuliskan bahwa orang takut kesepian, karena hal itu merupakan tanda bahwa mereka itu sendiri. Jadi, orang takut dengan kesendirian.
Satu hal yang akhirnya saya pelajari adalah pada fase hidup tertentu, saat kita semakin dewasa, ancaman kesepian ini bisa terus bertambah berat. Ketika lingkaran pertemanan maupun keluarga mulai mengecil, atau lebih tepatnya semakin menurun kualitas dan intensitas kedekatannya. Sebab mulai memiliki aktifitas dan prioritas tersendiri.
Sialnya, di lingkungan kerja profesional maupun bisnis kita sering dihadapkan pada akar sistemik kesepian; secara terpaksa mengubur pemikiran dan opsi teknis yang berbeda semata agar tercapai motif bersama berupa keuntungan, kerjasama tim, dan hirarki instruksional struktur tim.
Terakhir, dari beragam opsi solusi, menikah adalah satu opsi terbaik untuk menghindarkan diri dari ancaman kesepian. Pasangan hidup yang harmonis akan menutup ruang kosong yang muncul dari dua akar kesepian di atas.