Penulis: Moehammad Robith Nahdi*
”Kebersihan” satu hal yang tidak pernah selesai untuk dibahas. ”Kebersihan sebagian dari iman” mungkin sudah sering kita dengar sejak kecil.
Bahkan, di lingkungan sekolah, kampus, maupun lingkungan tempat tinggal kita, sepertinya hanya menjadi slogan pemanis yang wajib dikutip setiap kali ada acara ataupun slogan pendukung untuk mengajak kegiatan kerja bakti lingkungan.
Tapi, mari kita coba bertanya dengan jujur: apakah kalimart tersebut benar-benar dihayati dan diterapkan? Atau, jangan-jangan hanya sekedar menjadi slogan kosong?
Pertanyaan ini tampaknya penting kita renungkan, apalagi ketika melihat kondisi di sekitar. Sangat disayangkan, khususnya kita sebagai umat beragama tidak menjalankan apa yang telah diperintahkan. Ambil contoh di kampus atau di ruang-ruang yang sering dipakai untuk acara keagamaan.
Setelah kajian selesai atau rapat bubar, apa yang sering tertinggal?
Sampah berserakan, botol minuman tertinggal disudut ruangan, puntung rokok dimana mana, dan bahkan tisu berserakan dilantai. Ironis, bukan?
Padahal acara acara tersebut merupakan acara sakral maupun acara yang mengusung tema tema besar. Bukankah ini kontradiktif?
Bagaimana kita bisa mengaku beriman jika tindakan kita justru merusak kebersihan lingkungan yang seharusnya kita jaga?
Sering kali, kita menyalahkan kurangnya tempat sampah atau fasilitas umum yang memadai sebagai alasan. Tetapi, bukankah kita punya tangan dan kaki untuk membawa sampah kita sendiri hingga menemukan tempat pembuangan yang benar?
Baca Juga: Buku Referensi Membangun Bisnis Sosial
Ironisnya, hal ini juga sering terlihat di lingkungan mahasiswa yang aktif dalam kegiatan keagamaan Organisasi mahasiswa Islam di kampus sering dikenal sebagai garda terdepan dalam menyebarkan nilai-nilai keislaman.
Dengan berbagai program dan kegiatan dakwah, mereka berupaya memperkuat keimanan, mempererat persaudaraan, dan mempromosikan akhlak yang baik di kalangan mahasiswa.
Namun, ironisnya, satu aspek penting yang sering kali terabaikan adalah kebersihan, sebuah nilai yang sangat ditekankan dalam Islam. Lebih dari itu, banyak organisasi mahasiswa Islam terjebak dalam formalitas program daripada esensi nilai yang disampaikan.
Fokus pada acara besar, kaderisasi, tema-tema menarik sampai menjadi aktivis yang menyampaikan kritik sana sini, tapi sering kali mengabaikan hal-hal mendasar seperti kedisiplinan dan kebersihan.
Selain itu, di tengah gelombang kampanye pelestarian lingkungan dan isu iklim yang semakin mendesak, banyak organisasi mahasiswa justru tampak abai terhadap kebersihan lingkungan terdekat mereka.
Dengan semangat perjuangan yang tinggi, mereka berkumpul, membahas program kerja, dan memperdebatkan ide-ide besar untuk perubahan, namun terkadang lupa melihat kondisi sekitar yang justru kontradiktif dengan nilai-nilai yang mereka gaungkan.
Ruangan organisasi yang penuh tumpukan kertas bekas, botol plastik berserakan, puntung rokok dimana mana, dan sisa makanan yang teronggok di sudut ruangan seolah menjadi pemandangan biasa yang tidak terlalu penting untuk dibereskan.
Kenapa sebenarnya hal ini bisa terjadi?
Salah satu alasannya adalah kurangnya kesadaran individu. Kebanyakan orang cenderung berpikir bahwa kebersihan adalah tanggung jawab orang lain, atau merasa bahwa urusan sampah adalah hal sepele yang tidak perlu diperhatikan.
Tidak jarang setelah acara selesai, anggota organisasi langsung meninggalkan tempat tanpa memastikan kebersihan area tersebut.
Sikap asal beres ini menunjukkan kurangnya tanggung jawab dan pemahaman bahwa kebersihan bukan hanya tentang tampilan fisik, tetapi juga bagian dari akhlak yang baik.
Setiap individu, terutama mahasiswa, harus mau memulai dari dirinya sendiri. Kita tidak butuh slogan-slogan besar atau kajian kajian tentang lingkungan hijau atau apapun itu. Cukup dengan kebiasaan kecil seperti tidak meninggalkan sampah, merapikan tempat yang sudah dipakai, dan menjaga fasilitas umum.
Jika organisasi-organisasi Islam di kampus benar-benar ingin menjadi contoh, mereka bisa mulai dari sini dari tindakan nyata dan konsisten, bukan hanya kata-kata manis.
Jadi, jika kita masih suka meninggalkan sampah di masjid, atau tidak peduli pada kebersihan tempat acara, mungkin saatnya kita berhenti sejenak dan bertanya lagi: “Kok bisa, saya nyaman dengan kondisi itu?”
******
*Penulis adalah mahasiswa dan kader PMII Sunan Ampel, Malang