Menjadi pemimpin dalam sebuah organisasi tidak pernah semudah yang dibayangkan. Menghidupkan, menggerakkan dan mengarahkan orang-orang yang dipimpinnya menuju satu visi-misi organisasi, tidak pernah tejadi di ruang kosong; tanpa hambatan, tanpa risiko, tanpa masalah.
Menjadi pemimpin butuh beragam modal karakter, di antaranya: Akuntabilitas, kolaborasi, integritas, mampu “menggerakkan”, transendensi, adil, berani, berperikemanusiaan, rendah hati, hingga ketenangan dan kesabaran (Crossan et al., 2022).
Ini dari segi karakter, belum termasuk beragam kompetensi teknis dan operasional yang juga wajib dimiliki pemimpin. Bisa (mau terlibat) marketing dan selling, paham operasional, pinter keuangan, handal bikin strategi jangka panjang, sampai hebat mengelola risiko.
Gaya kepemimpinan juga terus berubah seiring waktu. Hal ini disebabkan perubahan karakter dan aspirasi pekerja (anggota tim). Misalnya oleh berbagai transisi identitas baru yang ditemui dalam teori generasi; Baby Boomers, Milenial, Alpha (Gen-Z). Juga situasi eksternal bisnis yang selalu Volatile, Uncertain, Complex dan Ambigue (VUCA).
Gaya kepemimpinan paling unggul saat ini jika merujuk pada Lordan dan Almeida (2022) intinya harus bisa memberikan kesempatan untuk maju (berprogres) bagi anggota, memastikan kesuksesan tidak muncul sebab politik dalam organisasi (jadi pakai meritokrasi), serta mampu memberi dukungan solutif (bukan malah menjadi masalah).
Baca juga: Kuliah bisnis digital terbaik di Solo Raya
Sesuai dengan konsep McGregor Burns lalu Bernard Bass (1988) tentang pemimpin transformasional. Pemimpin ini mampu mentransformasikan nilai-nilai individu anggota tim untuk mencapai visi dan target organisasi.
Karakteristik yang musti dimiliki pemimpin transformasional: punya kharisma, inspiratif, bisa memberi stimulus intelektual dan mampu memahami situasi berbeda yang dihadapi setiap individu anggota tim (empati).
Tanpa itu semua, kita bakal banyak menjumpai pemimpin sejenis desain sablon kaos tersebut: “Ojo manut aku, aku dewe bingung”. Pemimpin yang bingung adalah titik awal keruntuhan organisasi.
Penulis: Luthfi Hamdani