Penulis: Kurnia Faizatul Muna*
Dalam dunia bisnis yang semakin kompetitif, banyak perusahaan terjebak dalam apa yang disebut W. Chan Kim dan Renée Mauborgne sebagai Red Ocean, atau “Lautan Merah”. Di sini, perusahaan-perusahaan bersaing mati-matian untuk merebut pangsa pasar yang sama, menurunkan harga, dan meningkatkan kualitas dengan harapan memenangkan hati pelanggan.
Namun, dalam arena yang sudah penuh sesak ini, sering kali yang terjadi justru penggerusan margin keuntungan dan stagnasi inovasi. Inilah mengapa Kim dan Mauborgne menawarkan solusi revolusioner: Blue Ocean Strategy, atau “Strategi Lautan Biru”. Strategi ini berfokus pada penciptaan pasar baru yang tidak memiliki pesaing dan menghasilkan permintaan baru, sehingga kompetisi menjadi tidak relevan.
Jika kita melihat tren saat ini, sebagian besar industri global beroperasi di Lautan Merah. Mereka saling berhadapan dalam persaingan yang tak berkesudahan untuk bagian kecil dari permintaan yang sudah ada, dan inovasi cenderung terbatas pada perbaikan marginal produk yang sudah ada. Sebagai contoh, mari kita lihat industri telepon pintar.
Di sektor ini, setiap tahun perusahaan-perusahaan besar seperti Apple, Samsung, dan Xiaomi meluncurkan model baru yang menawarkan perbaikan dari segi kamera, kecepatan pemrosesan, atau kapasitas baterai. Namun, inovasi ini tidak selalu menciptakan pasar baru. Konsumen mendapatkan pilihan yang lebih baik, tetapi sebagian besar tetap beroperasi di ruang yang sama sebuah lautan merah di mana satu perusahaan berusaha mengalahkan yang lain melalui fitur yang sering kali serupa.
Tantangan dalam bersaing di Lautan Merah adalah berkurangnya peluang pertumbuhan. Banyak perusahaan menghadapi stagnasi pertumbuhan atau bahkan penurunan keuntungan karena persaingan harga yang terus-menerus. Kondisi ini mendorong perusahaan untuk mencari pendekatan baru, dan di sinilah Blue Ocean Strategy hadir sebagai solusi.
Strategi Lautan Biru tidak hanya tentang menciptakan produk baru, tetapi juga tentang menciptakan nilai baru yang unik dan menarik bagi konsumen. Ketika sebuah perusahaan berhasil menciptakan Lautan Biru, mereka tidak lagi harus bersaing langsung dengan siapa pun. Sebaliknya, mereka menciptakan aturan main baru dalam industri atau bahkan menciptakan industri baru yang sebelumnya belum ada. Salah satu contoh terbaik dari penerapan strategi ini adalah Cirque du Soleil.
Cirque du Soleil muncul di tahun 1980-an ketika industri sirkus tradisional di Amerika Utara sedang mengalami kemunduran. Sirkus pada waktu itu menghadapi tantangan dari meningkatnya persaingan hiburan modern, serta masalah terkait biaya dan penurunan minat penonton. Alih-alih mengikuti pola sirkus tradisional dengan pertunjukan binatang dan aksi akrobatik biasa, Cirque du Soleil menciptakan hiburan yang menggabungkan seni pertunjukan teater, musik, dan akrobat.
Mereka berhasil menarik audiens baru yang sebelumnya tidak tertarik dengan sirkus tradisional. Hasilnya, Cirque du Soleil menciptakan pasar baru yang tidak ada sebelumnya menciptakan blue ocean di tengah industri yang lesu. Dalam dua dekade sejak didirikan, Cirque du Soleil mampu menghasilkan pendapatan miliaran dolar dan menjadi ikon global dalam dunia hiburan.
Baca Juga: Buku Referensi Membangun Bisnis Sosial
Keberhasilan Cirque du Soleil tidak hanya disebabkan oleh inovasi dalam bentuk hiburan yang mereka tawarkan, tetapi juga karena mereka memahami pentingnya inovasi nilai. Mereka menciptakan pengalaman yang lebih dari sekadar pertunjukan sirkus biasa, dan ini menarik audiens yang bersedia membayar lebih untuk sesuatu yang berbeda. Dengan menggabungkan teater dan seni pertunjukan ke dalam format sirkus, mereka menciptakan nilai baru yang signifikan bagi pelanggan.
Namun, tidak semua perusahaan berhasil menerapkan Blue Ocean Strategy. Seringkali, tantangan terbesar adalah keberanian untuk meninggalkan cara berpikir konvensional. Banyak perusahaan merasa lebih nyaman dengan model bisnis yang sudah ada, bahkan jika itu berarti beroperasi di pasar yang sudah penuh sesak. Di sinilah letak tantangan utama dalam menerapkan Blue Ocean Strategy. Untuk menciptakan pasar baru, perusahaan harus bersedia mengambil risiko dan berpikir kreatif tentang bagaimana menciptakan nilai yang berbeda dari apa yang sudah ada.
Sebuah contoh lain dari suksesnya penerapan Blue Ocean Strategy adalah Netflix. Pada awalnya, Netflix hanyalah layanan penyewaan DVD melalui pos. Namun, alih-alih bersaing secara langsung dengan toko penyewaan film fisik seperti Blockbuster, Netflix menciptakan model bisnis baru dengan streaming video online, yang pada waktu itu hampir tidak ada pemain besar.
Blockbuster, yang terjebak dalam Lautan Merah, gagal beradaptasi dengan perubahan teknologi dan akhirnya bangkrut pada 2010. Sebaliknya, Netflix berhasil menciptakan pasar baru untuk hiburan digital, dan hari ini mereka mendominasi industri streaming dengan lebih dari 230 juta pelanggan di seluruh dunia pada tahun 2023, menurut data dari Statista.
Satu hal yang penting untuk dicatat adalah bahwa strategi Lautan Biru tidak hanya berlaku untuk perusahaan besar. Usaha kecil dan menengah (UKM) juga dapat menerapkan prinsip ini untuk menciptakan ruang pasar baru. Salah satu contoh di Indonesia adalah Gojek.
Pada awalnya, Gojek hanyalah layanan ojek berbasis panggilan telepon, tetapi dengan memanfaatkan teknologi digital, mereka berhasil menciptakan aplikasi yang menggabungkan berbagai layanan, dari transportasi hingga pengiriman makanan dan pembayaran digital.
Gojek tidak hanya berhasil bersaing dengan layanan ojek konvensional, tetapi juga menciptakan ruang pasar baru yang belum pernah ada sebelumnya di Indonesia. Ini adalah contoh nyata bagaimana inovasi dapat membuka pasar baru, bahkan di sektor-sektor yang sebelumnya terlihat jenuh.
Berdasarkan contoh-contoh di atas, dapat kita simpulkan bahwa Blue Ocean Strategy menawarkan pendekatan yang lebih berkelanjutan untuk pertumbuhan bisnis. Alih-alih terjebak dalam persaingan yang semakin sengit di Lautan Merah, perusahaan-perusahaan dapat fokus pada penciptaan pasar baru yang memberikan nilai lebih besar bagi pelanggan.
Strategi ini membutuhkan keberanian, inovasi, dan pemahaman mendalam tentang apa yang sebenarnya diinginkan oleh konsumen. Dengan menerapkan Blue Ocean Strategy, perusahaan tidak hanya dapat bertahan dalam dunia bisnis yang semakin kompetitif, tetapi juga menciptakan masa depan yang lebih cerah.
Menerapkan strategi ini tentu tidak mudah, tetapi hasilnya bisa sangat menguntungkan. Sebuah studi oleh Harvard Business Review menemukan bahwa perusahaan-perusahaan yang berhasil menerapkan Blue Ocean Strategy cenderung menghasilkan pertumbuhan pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tetap berada di Lautan Merah.
Jadi, apakah bisnis Anda siap untuk berlayar di Lautan Biru?
*****
* Kurnia Faizatul Muna is Education Enthusiast in Management & Economic dan Founder @socied_com. Kontak: Telepon: [0882‑0072‑60426] dan Email: [faizaalmuna06@gmail.com]