Penulis: Luthfi Hamdani
Setiap dari kita tumbuh dan menjadi dewasa dengan karakter yang unik alias khas kita. Sekumpulan sifat dan nilai-nilai yang akhirnya mewujud dalam hasil pemikiran, perilaku dan ucapan kita.
Karakter ini jelas bukan bawaan lahir. Akan tetapi hasil interaksi kita dengan beragam pengalaman hidup serta dibentuk oleh lingkungan terdekat kita; keluarga, pertemanan maya dan nyata, tetangga, relasi kerja hingga bisnis.
Sebagian individu yang tidak dididik empati ataupun kasih sayang dalam keluarga, akan kesusahan untuk sekadar peduli, peka, berkata baik, juga berperilaku baik kepada orang lain.
Sebagian individu lain yang terbiasa hidup dan tumbuh dalam lingkungan yang tidak menganggap penting integritas, akan memiliki perilaku meremehkan waktu, abai pada pekerjaan, menyepelekan tanggungjawab juga tidak jujur.
Karena karakter ini buah dari pengalaman hidup, harusnya memang bisa terus berubah (lebih tepatnya dibenahi). Seiring bertambah usia dan meningkat pula pengalaman hidup, bertambah luas wawasan akan nilai-nilai baik, maka idealnya karakter pribadi kita juga harus semakin baik.
Walaupun tidak mudah merubah karakter yang melekat bertahun-tahun di lingkungan yang lampau, apalagi individu tersebut terlanjur meyakini bahwa itulah satu-satunya model yang benar.
So, karakter baik idealnya memang ditanamkan dari awal kehidupan. Membiasakan keluarga khususnya anak kita dengan pengalaman, lingkungan, penanaman nilai yang baik.
Kalaupun telat, maka pendidikan, pemberian tanggungjawab, pembiasaan-pembiasaan baik di lingkungan baru, hingga diskusi-diskusi dengan pikiran terbuka bisa jadi solusi untuk mengubah yang kurang menjadi lebih baik.
Tanpa itu semua, kita sebagai individu hanya akan kalah dan menghadapi situasi-situasi buruk dalam hidup. Dampak dari karakter buruk kita.