Alhamdulillah, tibalah kita di hari raya Idul Fitri 1446 Hijriyah ini. Momen yang sangat dinanti oleh umat Islam di seluruh dunia.
Setelah sebulan penuh menjalani ibadah puasa Ramadhan, hari raya Idul Fitri menjadi momentum untuk merayakan kemenangan dan kembali kepada kesucian diri.
Islam mengajarkan bahwa Idul Fitri tidak hanya tentang perayaan, tetapi juga refleksi dan pembaruan pribadi. Rasulullah SAW bersabda,
“Setiap kaum memiliki hari rayanya, dan ini adalah hari raya kita” (HR. Bukhari dan Muslim).
Namun, di tengah perayaan ini, kita juga dihadapkan pada tantangan sosial-ekonomi berupa pelemahan daya beli, fenomena PHK dimana-mana, terungkapnya beragam kasus korupsi, dan beragam indikator yang menunjukkan kondisi ekonomi nasional yang kurang stabil.
Saat ini, daya beli masyarakat mengalami penurunan yang signifikan. Setelah pandemi dan berbagai gejolak ekonomi global, masih banyak keluarga yang kesulitan memenuhi kebutuhan pokoknya.
Di sisi lain, momen Idul Fitri sering kali diiringi dengan peningkatan pengeluaran, yang tidak sebanding dengan kemampuan finansial sebagian besar masyarakat. Ini adalah pengingat bahwa Idul Fitri seharusnya tidak diukur dari kemewahan materi, tetapi dari keikhlasan hati dan kesucian jiwa.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an,
“Dan supaya kamu mencukupkan bilangan puasa dan supaya kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, dan supaya kamu bersyukur” (QS. Al-Baqarah: 185).
Syukur dalam kesederhanaan adalah salah satu hikmah yang bisa kita ambil di hari raya kali ini.
Selain tantangan ekonomi, kita juga menghadapi situasi kebangsaan yang sedang mengalami kemunduran. Ketidakpercayaan masyarakat kepada pemerintah semakin nyata dengan adanya berbagai aksi demonstrasi dan protes terhadap kasus korupsi, kebijakan yang dinilai merugikan rakyat dan beragam miskomunikasi pemerintah.
Perkembangan situasi ini menunjukkan perlunya refleksi mendalam tentang bagaimana kita berkontribusi sebagai individu dalam membangun kepercayaan dan keharmonisan sosial. Tentu saja sesuai dengan peran dan tanggung jawab masing-masing.
Idul Fitri mengajarkan kita pentingnya silaturahmi dan memaafkan. Dengan saling memaafkan, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih harmonis dan bersatu dalam menghadapi tantangan bangsa ke depan.
Di tengah kondisi ini, Idul Fitri adalah waktu yang tepat untuk mengingatkan diri sendiri tentang pentingnya solidaritas sosial.
Masyarakat yang kuat adalah masyarakat yang peduli terhadap sesama. Memberi kepada yang membutuhkan, menyantuni fakir miskin, dan membantu mereka yang terkena dampak ekonomi adalah bentuk nyata dari nilai-nilai Islam yang diajarkan selama Ramadan.
Dengan saling berbagi, kita tidak hanya meringankan beban orang lain tetapi juga membersihkan hati kita dari sifat egois.
Momentum Idul Fitri juga memberikan kita kesempatan untuk merefleksikan diri dan kembali kepada fitrah atau kesucian diri. Kita diingatkan untuk menjadi individu yang lebih baik, baik dalam perilaku, sikap, maupun dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Penting bagi kita untuk menanamkan nilai kejujuran, keadilan, dan kepedulian dalam setiap tindakan. Idul Fitri bukan hanya tentang satu hari perayaan, tetapi tentang memulai babak baru dalam hidup dengan hati yang lebih bersih.
Sebagai rekomendasi, mari manfaatkan momen Idul Fitri ini untuk memperbaiki hubungan dengan sesama, memperkuat keimanan, dan berkontribusi positif dalam masyarakat.
Mari jadikan hari kemenangan ini sebagai titik awal untuk kembali menjadi individu yang suci, baik dalam hubungan dengan Allah maupun dengan sesama manusia. Dengan demikian, kita tidak hanya merayakan Idul Fitri secara ritual, tetapi juga secara spiritual dan sosial.