Penulis: Luthfi Hamdani
Dulu pas di kampus, salah satu fenomena yang paling banyak muncul dalam organisasi kemahasiswaan adalah “grudak-gruduk”. Beberapa sahabat menyebut dengan istilah: “koyok bebek. Ngalor-ngalor kabeh, ngidul-ngidul kabeh”.
Fenomena ini tentu muncul karena beberapa sebab. Pertama, ketika masih remaja, ada dorongan psikologis dimana kekompakan dan kebersamaan ini adalah segalanya. Apa-apa dikerjakan bersama. “Mangan ra mangan penting kumpul”.
Kedua, banyak yang belum memahami (apalagi menerapkan) pemilahan atau spesialisasi fungsional dalam organisasi. Ada bagian A, B, C, D sampai Z dalam struktur organisasi. Masing-masing mustinya bekerja dalam koridor tugas pokok dan fungsinya. Lebih spesifik, diatur dalam penjabaran tugas (job description).
Kemudian masing-masing diukur capaian kerjanya menggunakan Key Performance Indikator (KPI) atau Objective Key Result (OKR). Metriks-metriks ini akan mempermudah menghilangkan bias “like and dislike” yang tidak proporsional.
Hampir 250 tahun sejak Adam Smith pertama menulis buku Wealth of Nation-nya dan kita masih saja belum banyak belajar pembagian fungsional dalam organisasi.