Penulis: Luthfi Hamdani
Salah satu yang memprihatinkan dari perilaku bangsa kita akhir-akhir ini adalah kecanduan untuk memperoleh kesejahteraan kekayaan kemakmuran dengan cara-cara yang instan.
Ada yang bermain judi online, ada yang terjebak pinjaman online ilegal, banyak yang gagal bayar paylater di e-commerce, tertipu arisan bodong, dibohongi komunitas Multi Level Marketing (MLM) yang ternyata memakai skema Ponzi.
Akar dari masalah ini jelas bisa berasal dari individu pelaku maupun korban. Keserakahan, pikiran serba instan, sifat malas, kecanduan dan rendahnya literasi keuangan — dalam poin terakhir ini kita masih sangat rendah.
Individu dengan pengetahuan keuangan yang baik setidaknya paham mengelola arus kas keuangan pribadi atau rumah tangganya. Mengenal instrumen pinjaman dan investasi yang baik. Pinjaman jelas boleh, tapi harus diajukan untuk kebutuhan yang produktif. Bukan konsumsi rutin, apalagi sekadar gaya hidup.
Sementara investasi akan jauh lebih aman jika dilakukan dengan “uang dingin”, kelebihan dari dana kebutuhkan untuk pengeluaran rutin bulanan, dana darurat, dan tabungan. Serta seperti anjuran OJK, harus 2L (Legal dan Logis). Segala tawaran investasi dengan tingkat return yang tidak masuk akal pasti bermasalah.
Masalah ini bisa juga sebab faktor struktural. Misalnya susahnya mencari kerja, akses pendidikan tinggi dan pelatihan yang kurang mahal serta memadai, atau ekosistem yang kurang mendukung untuk memulai usaha baru.
Tidak lupa yang paling mengkhawatirkan adalah perilaku koruptif banyak pejabat, kegagalan pemerintah dan aparat penegak hukum mendeteksi, membatasi ruang gerak atau sekalian menghukum para bandar judi online beserta semua influencer yang mempromosikannya. Pun menghukum pelaku penipuan dengan modus investasi dan tabungan.
Lingkaran setan ini harus kita hentikan. Mulai dari diri sendiri, juga dengan pemerintah mengambil tindakan tegas. Jelas banyak sudah kerugian materil, berupa uang-uang yang kita peroleh dari kerja halal malah lari ke bandar judi di luar negeri.
Belum lagi kerugian moril dan bahkan memakan korban jiwa. Edukasi diri sendiri, berlatih kontrol emosi, dan selalu berpikir kritis-logis sebelum mengambil keputusan keuangan.