Penulis: Luthfi Hamdani
“BUDAK NAFSU”
Demikian judul topik ke-5 dalam buku karya Daniel Goleman, berjudul “Emotional Intelligence” (1995). Penulis memulai dengan satu poin pembuka: ‘Penguasaan diri (kemampuan untuk menghadapi badai emosional) dan bukannya menjadi budak nafsu telah menjadi perhatian sejak zaman filsuf Plato.’
Pada dasarnya, Goleman memahami bahwa penderitaan dan kebahagiaan adalah bumbu kehidupan, yang keduanya sangat wajar. Masing-masing memiliki nilai dan makna. Tanpa keduanya, kehidupan bak “padang pasir netralitas yang gersang dan membosankan”.
Tugas kita sebagai individu sebenarnya adalah membangun kendali diri, pengendalian dari tindakan emosional yang berlebihan (temperantia). Apa ancaman yang berpotensi merusak kendali diri kita? Yups, misalnya amarah, kecemasan, kesedihan.
Amarah misalnya, ia menjadi yang paling menggoda dari berbagai jenis emosi negatif lainnya. Ia muncul dari perasaan terancam bahaya. Baik secara fisik maupun ancaman simbolik terhadap harga diri dan martabat, misalnya diperlakukan tidak adil, dicaci maki, diremehkan, frustasi karena kegagalan.
Cara meredakannya? Menurut Goleman (h. 82) adalah dengan “mengadu pikiran yang memicu lonjakan amarah”. Jadi upayakan menilai ulang setiap peristiwa yang memancing amarah. Cari kemungkinan lain latar belakang peristiwa tadi sehingga kita bisa memakluminya.
Selanjutnya kecemasan. Ini gejala kekhawatiran kronis yang terjadi terus menerus. Cemas muncul dari kekhawatiran akan kondisi diri terhadap beragam (potensi) bahaya dan risiko; menganggur, takut dipecat, tidak punya asuransi kesehatan, rawan direndahkan, takut mati, kecelakan naik motor, jatuh saat naik pesawat, khawatir tidak akan bahagia, takut tertular virus. Kondisi-kondisi yang sebenarnya tidak nyata terjadi.
Kecemasan ini kalau keterusan akan menjadi fobia, gangguan obsesif-kompulsif dan kepanikan akut. Mengunci kita dalam satu pandangan atau bayang-bayang tunggal yang kaku dan merisaukan. Kondisi-kondisi yang jelas merusak kesejahteraan emosional kita. Memunculkan gejala fisik; aritmia, gangguan tidur, dlsb.
Goleman mengutip Berkovec (h. 95-96) menyarankan untuk mengatasi kecemasan dengan membangun kesadaran diri. Melatih diri bisa mendeteksi sedini mungkin tanda-tanda serangan kepanikan lalu mengeliminirnya. Selanjutnya bisa dengan berlatih teknik-teknik relaksasi harian. Dan yang paling utama harus membangun sikap kritis atas pengandaian-pengandaian yang menimbulkan kecemasan.