Perubahan iklim dan kerusakan lingkungan menjadi isu global yang mendesak. Di tengah tantangan ini, platform FinTech seperti Alipay Ant Forest di China menawarkan solusi inovatif dengan menggabungkan teknologi digital dan kesadaran lingkungan.
Sebuah penelitian terbaru mengungkap bagaimana Ant Forest berhasil memotivasi penggunanya untuk terlibat dalam aksi pro-lingkungan melalui pendekatan gamifikasi dan teori perilaku terencana (Theory of Planned Behavior/TPB).
Ant Forest adalah fitur dalam aplikasi Alipay yang mendorong pengguna mengurangi jejak karbon dengan mencatat aktivitas ramah lingkungan, seperti menggunakan transportasi umum atau membayar tagihan secara digital.
Setiap aksi ini dikonversi menjadi “poin energi hijau” yang bisa digunakan untuk menanam pohon virtual. Ketika poin terkumpul, Ant Forest akan menanam pohon sungguhan di daerah tandus China. Sejak diluncurkan pada 2016, platform ini telah menanam lebih dari 326 juta pohon dan melibatkan 613 juta pengguna.
Penelitian yang dilakukan oleh Zhao dan Abeysekera (2024) menggunakan metode campuran (kualitatif dan kuantitatif) untuk memahami motivasi pengguna Ant Forest. Hasilnya menunjukkan bahwa tiga faktor utama dalam TPB—sikap (attitude), norma subjektif (subjective norms), dan kontrol perilaku (perceived behavioral control)—berperan penting dalam membentuk niat pengguna.
Sikap positif terhadap lingkungan menjadi pendorong terkuat (42%), diikuti oleh pengaruh sosial (36%) dan keyakinan akan kemampuan diri (22%).
Baca Juga: Pilihan Terbaik untuk Menerbitkan Karyamu Menjadi Buku
Faktor sikap mencakup kepedulian terhadap biodiversitas, kesejahteraan manusia, perubahan iklim, pembangunan berkelanjutan, dan akuntabilitas.
Misalnya, seorang peserta penelitian menyatakan, “Jika lingkungan tercemar, manusia dan hewan akan menghadapi berbagai masalah, seperti ketahanan pangan dan keamanan ekologis.” Hal ini menunjukkan kesadaran mendalam akan dampak lingkungan terhadap kehidupan sehari-hari.
Sementara itu, norma subjektif terlihat dari bagaimana pengguna merasa terdorong oleh lingkungan sosial dan peran pemerintah. Banyak peserta menyarankan agar pemerintah lebih aktif dalam perlindungan lingkungan, meskipun mereka mengapresiasi inisiatif Ant Forest.
Salah satu peserta bahkan mengatakan, “Jika Alipay bermitra dengan pemerintah, saya akan lebih percaya dan mendukung program ini.”
Kontrol perilaku tercermin dari kebiasaan pengguna, seperti beralih ke transportasi ramah lingkungan atau mengurangi sampah plastik. Kebiasaan ini terbentuk berkat desain Ant Forest yang menyenangkan dan interaktif.
Penelitian juga menemukan bahwa pengguna muda dan perempuan cenderung lebih proaktif dalam aksi lingkungan, menunjukkan pentingnya menargetkan demografi ini dalam kampanye keberlanjutan.
Keberhasilan Ant Forest tidak lepas dari pendekatan gamifikasi yang membuat aktivitas ramah lingkungan terasa seperti permainan. Pengguna bisa bersaing dengan teman, memantau pertumbuhan pohon virtual, dan merasa bangga ketika pohon sungguhan ditanam.
Selain itu, transparansi program seperti pelacakan pohon melalui satelit memperkuat kepercayaan pengguna.
Temuan ini memberikan pelajaran berharga bagi pengembang teknologi dan pembuat kebijakan. Integrasi antara FinTech dan isu lingkungan bisa menjadi model untuk negara lain, terutama dengan dukungan pemerintah dan kolaborasi sektor swasta.
Namun, perlu diperhatikan juga tantangan seperti privasi data dan inklusivitas bagi kelompok yang kurang terhubung secara digital. Dengan pendekatan yang tepat, teknologi tidak hanya mengubah cara kita bertransaksi, tetapi juga cara kita merawat planet ini.














