Perubahan iklim telah menjadi ancaman serius bagi keberlanjutan bisnis global. Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan risiko iklim, perusahaan-perusahaan mulai mengintegrasikan isu ini ke dalam strategi mereka. Penelitian terbaru yang diterbitkan dalam Research in International Business and Finance (2025) mengungkap hubungan antara kesadaran risiko iklim dan inovasi lingkungan di kalangan perusahaan.
Studi ini menganalisis data dari 22.820 observasi perusahaan di 45 negara selama periode 2013–2022, dengan fokus pada bagaimana kesadaran risiko iklim mendorong inovasi produk dan proses yang ramah lingkungan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki kesadaran tinggi terhadap risiko iklim cenderung lebih aktif dalam mengembangkan inovasi lingkungan. Kesadaran ini tidak hanya meningkatkan skor inovasi lingkungan secara keseluruhan, tetapi juga mendorong inovasi berbasis produk (seperti desain ramah lingkungan) dan proses (seperti daur ulang limbah).
Temuan ini sejalan dengan teori stakeholder dan agency, di mana perusahaan yang peduli terhadap kepentingan jangka panjang cenderung mengambil langkah proaktif untuk mengurangi dampak lingkungan.
Studi ini juga mengeksplorasi peran SDG13 (Tujuan Pembangunan Berkelanjutan tentang Aksi Iklim) dalam memperkuat hubungan antara kesadaran risiko iklim dan inovasi lingkungan. Menariknya, SDG13 hanya berpengaruh signifikan pada inovasi berbasis produk, bukan proses. Hal ini menunjukkan bahwa komitmen perusahaan terhadap SDG13 mungkin lebih bersifat simbolis atau terbatas pada aspek-aspek yang mudah terlihat oleh publik.
Bagi regulator, temuan ini menegaskan pentingnya menciptakan kerangka kebijakan yang mendorong transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan risiko iklim. Sementara bagi pelaku bisnis, penelitian ini menyoroti peluang untuk membangun keunggulan kompetitif melalui inovasi lingkungan. Perusahaan yang mampu mengintegrasikan risiko iklim ke dalam strategi bisnis tidak hanya mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan tetapi juga meningkatkan nilai perusahaan.
Meskipun hasil penelitian ini menjanjikan, ada beberapa tantangan yang perlu diwaspadai. Pertama, data penelitian hanya mencakup perusahaan besar yang terdaftar dalam Refinitiv ESG Active Universe, sehingga temuan mungkin tidak berlaku untuk usaha kecil dan menengah. Kedua, pengukuran kesadaran risiko iklim masih bergantung pada laporan perusahaan, yang rentan terhadap greenwashing.
Penelitian ini memperkuat temuan sebelumnya yang mengaitkan risiko iklim dengan kinerja keuangan dan tanggung jawab sosial perusahaan. Misalnya, Huang et al. (2022) menemukan bahwa perusahaan dengan manajemen risiko iklim yang baik memiliki biaya modal yang lebih rendah. Namun, studi ini melangkah lebih jauh dengan menunjukkan bagaimana kesadaran risiko iklim dapat diterjemahkan ke dalam tindakan nyata melalui inovasi.
Untuk penelitian mendatang, penting untuk mengeksplorasi faktor-faktor lain yang mungkin memoderasi hubungan antara kesadaran risiko iklim dan inovasi lingkungan, seperti peran kepemimpinan perusahaan atau tekanan dari investor. Selain itu, studi longitudinal dapat membantu memahami dinamika hubungan ini dalam jangka panjang.
Kesadaran risiko iklim terbukti menjadi pendorong penting bagi inovasi lingkungan di kalangan perusahaan. Namun, komitmen terhadap SDG13 belum sepenuhnya dimanfaatkan untuk memperkuat hubungan ini. Dengan dukungan kebijakan yang tepat, perusahaan dapat mengubah risiko iklim menjadi peluang untuk menciptakan nilai berkelanjutan, baik bagi bisnis maupun lingkungan.














