Klaten, 24 Juli 2025 — Suasana pagi di Balai Desa Jogosetran tampak berbeda dari biasanya. Ratusan bibit tanaman buah tertata rapi di halaman aula, siap untuk didistribusikan kepada warga Dusun 2.
Kegiatan ini merupakan inisiatif dari Kelompok KKN 156 Universitas Islam Negeri Raden Mas Said, bekerja sama dengan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Solo, Pemerintah Desa Jogosetran, serta didukung penuh oleh organisasi kemahasiswaan PMII Komisariat Raden Mas Said.
Sebanyak lebih dari 200 bibit dibagikan secara gratis kepada masyarakat. Jenis tanaman yang disalurkan pun bukan sembarangan.
Baca Juga: Lokapasar terbaik untuk belanja buku referensi dan buku ajar
Ada rambutan, alpukat, jambu air, sirsak, hingga trembesi, beragam jenis yang memiliki nilai manfaat tinggi, baik secara ekologis maupun ekonomis.
“Kami memilih jenis bibit yang tidak hanya cepat tumbuh dan produktif, tetapi juga sesuai dengan karakteristik tanah dan iklim lokal,” terang salah satu koordinator lapangan KKN 156. Harapannya, tanaman ini tidak hanya menghijaukan, tetapi juga menghasilkan buah yang bisa dimanfaatkan langsung oleh warga.”
Program ini tidak berdiri sendiri. Ia merupakan bagian dari gerakan reboisasi desa yang lebih besar, dengan semangat mengintegrasikan kesadaran lingkungan ke dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Penyaluran bibit ini sekaligus menjadi bentuk nyata kontribusi mahasiswa dalam membangun desa secara berkelanjutan, dimulai dari hal-hal sederhana namun berdampak jangka panjang.
Warga pun antusias menyambut kegiatan ini. Perwakilan Pemerintah Desa menyampaikan apresiasi atas kerja sama lintas pihak yang terjalin dalam program ini.
“Penghijauan bukan tugas pemerintah semata, tetapi tanggung jawab kita bersama. Maka kami sangat mendukung apa yang dilakukan adik-adik KKN ini,” ucapnya dalam sambutan singkat.
Kegiatan ini menjadi salah satu bukti bahwa gerakan penghijauan dan pelestarian lingkungan dapat dimulai dari level lokal dengan pendekatan partisipatif. Ke depan, KKN 156 bersama perangkat desa juga berencana menggelar aksi tanam pohon secara massal di beberapa titik yang dinilai rawan kekeringan dan longsor.
Melalui distribusi bibit ini, semangat kolaboratif antara mahasiswa, pemerintah desa, dan masyarakat kembali dipertegas: bahwa menjaga bumi tidak hanya soal kebijakan besar, tetapi dimulai dari satu lubang tanah kecil di pekarangan rumah.














