Permasalahan lingkungan hidup, seperti hilangnya keanekaragaman hayati, pencemaran air, udara, dan tanah, penipisan sumber daya, dan penggunaan lahan yang berlebihan semakin membahayakan sistem pendukung kehidupan bumi. Kemudian isu-isu seperti tingginya pengangguran, kondisi kerja yang buruk, kerentanan sosial, jebakan kemiskinan, kesetaraan antar dan intragenerasi, dan kesenjangan yang semakin besar terus muncul di berbagai negara. Untuk mengatasi permasalahan ini dan isu-isu keberlanjutan lainnya, konsep Ekonomi Sirkular (Circular Economy) menjadi agenda penting bagi para pembuat kebijakan (Geissdoerfer et al., 2017).
Pengertian dari ekonomi sirkuler menurut Keraf (2022; 28) adalah sebuah model dan pola produksi dalam sistem ekonomi, bisnis dan industri yang bersifat sirkuler, dengan dirancang sejak awal sedemikian rupa secara sadar dengan niat untuk mencegah, memulihkan, dan meniadakan dampak lingkungan dari seluruh proses produksi. Sasarannya adalah penghematan sumber daya alam sebagai bahan baku, zero waste, dan penggunaan energi bersih terbaru, serta teknologi yang ramah lingkungan.
Sedangkan Geissdoerfer et al., (2017) memberikan definisi Ekonomi Sirkular sebagai sistem regeneratif yang meminimalkan input sumber daya dan limbah, emisi, dan kebocoran energi dengan memperlambat, menutup, dan mempersempit putaran material dan energi. Hal ini dapat dicapai melalui desain jangka panjang, pemeliharaan, perbaikan, penggunaan kembali, manufaktur ulang, perbaikan, dan daur ulang.
Baca Juga: Buku Referensi Membangun Bisnis Sosial
Definisi paling terkenal telah dirumuskan oleh Ellen MacArthur Foundation, yang memperkenalkan Ekonomi Sirkular sebagai “Sebuah ekonomi industri yang bersifat restoratif atau regeneratif berdasarkan niat dan desain” (MacArthur, 2013).
European Commission (2014) menggarisbawahi bahwa ekonomi sirkular memiliki dua konsep:
- Cradle to cradle, mengandung prinsip sebagai berikut:
- Desain produk untuk daya tahan, pembongkaran dan perbaikan. Gagasan utama di balik prinsip ini adalah bahwa bisnis harus menerapkan desain ramah lingkungan dan sumber daya terbarukan pada semua produknya;
- Bentuk konsumsi sirkular dan regeneratif modern. Arti dari prinsip ini adalah mengubah model konsumsi dari pembeli ke pengguna.
- Simbiosis industri, yang menekankan pentingnya kerja sama antar aktor yang berbeda, bahkan pihak yang tidak berkeinginan untuk bekerja sama. Kerja sama harus dilakukan dalam rantai nilai dan siklus produk yang integral. Gagasan yang sama mengenai ekonomi sirkular menekankan pentingnya kolaborasi antara berbagai aktor di seluruh rantai nilai produk. (Bicket et al., 2014)
Sementara itu, Mentink (2014) menganalisis dalam penelitiannya konsep ekonomi sirkular dari berbagai penulis dan aliran, merangkum istilah-istilah utama ekonomi sirkular yang dapat dikaitkan dengan aliran konsep lain, yaitu:
- Permakultur (Mollison & Holmgren, 1978): Keanekaragaman, stabilitas dan ketangguhan
- Ekonomi Kinerja (W. R. Stahel & Reday-Mulvey, 1981): Layanan fungsional berbasis kinerja (dari kepemilikan hingga penggunaan); Sistem layanan produk
- Ekologi Industri (Frosch & Gallopoulos, 1989): Perspektif sistem, berpikir dalam sistem; Meminimalkan penggunaan energi, konsumsi bahan-bahan yang langka, dan dampak lingkungan termasuk timbulnya limbah; Simbiosis Industri; Penilaian siklus hidup dan analisis aliran material (LCA dan MFA)
- Desain regeneratif (Lyle, 1996): Regenerasi, proses regeneratif (proses yang memperbaharui sumber energi dan materialnya
- Biomimikri (Benyus, 1997): Alam sebagai model (meniru, belajar); Alam sebagai ukuran (norma); Alam sebagai mentor (menghargai)
- Cradle to Cradle (McDonough & Braungart, 2005): Sampah sama dengan makanan; Rayakan keberagaman; Gunakan pendapatan tenaga surya saat ini; Membedakan bio- dan technocycle; Efektivitas lingkungan dibandingkan efisiensi lingkungan.’
Ekonomi sirkular (juga disebut sebagai “sirkularitas”) pada dasarnya adalah sistem ekonomi yang bertujuan menghilangkan pemborosan dan penggunaan sumber daya secara berkelanjutan. Sistem sirkular menerapkan penggunaan kembali, pembagian, perbaikan, perbaikan, produksi ulang, dan daur ulang untuk menciptakan sistem loop tertutup, meminimalkan penggunaan masukan sumber daya dan penciptaan limbah, polusi, dan emisi karbon.
Ekonomi sirkular bertujuan agar produk, peralatan, dan infrastruktur dapat digunakan lebih lama, sehingga meningkatkan produktivitas sumber daya tersebut. Bahan limbah dan energi harus menjadi masukan (input) untuk proses lain: baik sebagai komponen atau sumber daya yang diperoleh kembali untuk proses industri lain atau sebagai sumber daya regeneratif bagi alam (misalnya kompos). Pendekatan regeneratif ini berbeda dengan ekonomi linier tradisional, yang mempunyai model produksi “ambil, buat, buang”.

Beberapa karakteristik dari ekonomi sirkuler diidentifikasi pada tabel berikut ini:
No | Identifikasi | Keterangan |
1 | Asal Istilah | Aliran pemikiran yang berbeda-beda seperti cradle-to-cradle, penerapan peraturan oleh pemerintah, lobi yang dilakukan oleh LSM, penyertaan dalam agenda politik, misalnya European Horizon 2020 |
2 | Tujuan (Goals) | Loop tertutup, idealnya menghilangkan semua input sumber daya dan kebocoran keluar dari sistem ekonomi. |
3 | Motivasi utama | Penggunaan sumber daya, limbah, kebocoran yang lebih baik (dari linier ke sirkuler/melingkar) |
4 | Prioritas Sistem | Sistem perekonomian (hierarki) |
5 | Siapa yang diuntungkan? | Pelaku ekonomi adalah inti dari ekonomi sirkuler ini, dengan memberikan manfaat bagi perekonomian dan lingkungan. Masyarakat mendapat manfaat dari perbaikan lingkungan serta tambahan dan asumsi tertentu, seperti lebih banyak tenaga kerja manual atau perpajakan yang lebih adil |
6 | Bagaimana dilembagakan | Menekankan manfaat ekonomi dan lingkungan |
7 | Agensi (Siapa berpengaruh?) | Pemerintah, perusahaan, Non-Governmental Organization (NGO) |
Sumber: (Geissdoerfer et al., 2017)
Inti dari model ekonomi sirkuler ini ada pada rancangan ekologis (ecological design) terhadap bahan baku, produk, sistem produksi, teknologi, model distribusi, penanganan sampah, dan model bisnisnya. Artinya, proses, pola, dan model bisnis bukan sekadar asal produksi demi memenuhi kebutuhan atau malah sekadar keinginan, apa lagi keinginan yang diciptakan oleh promosi bisnis. Bukan juga sekadar untuk meraup keuntungan sebesar mungkin dan selanjutnya mengakumulasi modal dari keuntungan tadi untuk memperbesar bisnis yang terus mengeruk sumber daya alam yang diperlakukan sebagai barang gratis sambil membuang limbah tanpa peduli akan dampaknya terhadap keselamatan ekosistem alam (Keraf, 2022).
Model ekonomi sirkuler justru sebaliknya dengan sadar merancang proses, pola, dan model produksi dan model bisnis sedemikian rupa sejak awal untuk menyelamatkan ekosistem alam, baik dalam hal penggunaan sumber daya alam sebagai bahan baku, pemilihan lokasi pabrik, penggunaan energi terbarukan, dan penggunaan teknologi proses produksi demi meniadakan sisa proses produksi dan bisnis sebagai sampah yang terbuang percuma.
Beberapa indikator dari dilaksanakannya model ekonomi sirkuler menurut Moraga et al., (2019) adalah sebagai berikut:
- Swasembada bahan baku
- Pengadaan publik yang ramah lingkungan
- Sampah makanan
- Tingkat daur ulang (Recycling rates)
Pola produksi dan bisnis dalam ekonomi sirkuler harus dirancang ulang secara ekologis sejak awal untuk mengintegrasikan kepentingan ekonomi dengan kepentingan lingkungan hidup dan sosial budaya, yaitu mengejar pertumbuhan ekonomi sama pentingnya dan terintegrasi dengan kebutuhan ekosistem dan kelestarian sosial budaya. Dengan rancangan ekologis ini, pola produksi dan bisnis untuk mengejar pertumbuhan ekonomi tadi tidak berbentuk linear: cradle to grave, keruk, buat, dan buang sebagai sampah, melainkan berbentuk siklis atau sirkuler: cradle to cradle: ambil, buat daur ulang (take, moke recycle). Atau dalam istilah Lacy dan Rutqvist, sampah menjadi berkah (waste to wealth). (Keraf, 2022; 45)

Organisasi Ellen MacArthur Foundation mencoba menangkap esensi ekonomi sirkular dalam diagram di atas, yang sering disebut dengan ‘diagram kupu-kupu’. Diagram ini mencoba menangkap aliran bahan, nutrisi, komponen, dan produk, sekaligus menambahkan elemen nilai finansial. Konsep ini dibangun berdasarkan dua siklus material Cradle to Cradle.